TRIBUNNEWS.COM - Mantan Presiden sekaligus calon presiden (Capres) Amerika Serikat (AS) 2024, Donald Trump sesumbar, serangan roket dari milisi Lebanon, Hizbullah ke Dataran Tinggi Golan di utara Israel pada Sabtu (27/7/2024) waktu setempat tak bakal terjadi jika dia kembali menjadi Presiden AS.
Adapun serangan itu menyebabkan 12 orang tewas dan satu di antaranya adalah anak-anak.
Dikutip dari CNN, Trump mengungkapkan, serangan seperti itu tidak bakal terjadi jika dirinya menjadi Presiden AS.
"Anda mungkin mendengar bahwa Israel baru saja diserang dengan sangat parah," katanya dalam pidato sambutannya di sebuah konferensi kripto di Nashville, AS pada Sabtu (27/7/2024) waktu setempat.
Trump mengutip indikasi awal dari para pejabat Israel yang menyalahkan serangan tersebut kepada Hizbullah.
Padahal, sekutu Hamas tersebut telah membantah tudingan Israel tersebut.
"Mereka tidak bisa melakukan ini. Apa yang mereka lakukan dengan serangan itu sangat buruk," kata Trump."
"Mereka harus menghormati negara kita. Hal ini tidak akan pernah terjadi pada kami, dan kami tidak bisa membiarkannya terus berlanjut," ujarnya.
Sebelumnya, 12 warga Israel termasuk anak-anak tewas akibat serangan roket di sebuah lapangan sepak bola di Majdal Shams, Datatran Tinggi Golan pada Sabtu (27/7/2024).
Baca juga: Dituduh Israel, Hizbullah Bantah Serang Lapangan Bola di Majdal Shams, Golan
Dikutip dari Aljazeera, militer Israel sempat menuding serangan itu dilakukan oleh Hizbullah, tetapi kelompok yang didukung oleh Iran itu membantahnya.
Menurut seorang petugas medis Israel bernama Idan Avshalom mengatakan serangan roket itu mengakibatkan rusak parah di sekitar lokasi.
"Kami menyaksikan kerusakan hebat saat tiba di lapangan sepak bola, serta barang-barang yang terbakar. Ada korban di rumput dan pemandangan begitu mengerikan," katanya.
Sementara, dilansir Reuters, seorang saksi mata yang enggan disebut namanya menuturkan banyak korban bergelimpangan buntut serangan tersebut.
"Itu mendarat di lapangan sepak bola, semuanya anak-anak, banyak mayat di lapangan, kami tidak tahu siapa mereka," ujarnya.