Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia
TRIBUNNEWS.COM, CARACAS – Pemerintah Venezuela menangguhkan hubungan dengan sejumlah negara yang enggan mengakui kemenangan Nicolas Maduro dalam pemilihan presiden Venezuela.
Tak sampai di situ Pemerintah Venezuela turut menarik semua staf diplomatik dari kedutaan besarnya di Argentina, Chile, Kosta Rika, Peru, Panama, Republik Dominika, dan Uruguay.
Penarikan ini dilakukan setelah sejumlah negara di Amerika Latin tersebut meragukan kemenangan Nicolas Maduro dan menyebutnya sebagai "kecurangan" pilpres.
Baca juga: Oposisi Klaim Punya Bukti Kemenangan dalam Pilpres Venezuela, Kantongi Lebih dari 70 Persen Suara
"Republik Bolivar Venezuela menolak keras intervensi dan pernyataan sekelompok pemerintahan sayap-kanan antek Washington yang secara terbuka mendukung dalil ideologi fasisme internasional," ujar Kementerian Luar Negeri Venezuela dikutip dari Anadolu.
"Pemerintah Republik Bolivarian Venezuela kini memilih untuk memanggil pulang semua anggota misi diplomatiknya di Argentina, Chili, Kosta Rika, Peru, Panama, Republik Dominika, dan Uruguay bentuk kekecewaan lantaran mereka meragukan pilpres Venezuela,” imbuhnya.
Venezuela Klaim Kemenangan Meduro
Adapun konflik ini muncul tepat setelah badan pemilu nasional Venezuela menyatakan Presiden Nicolas Maduro, capres petahana sebagai pemenang pilpres 2024.
Badan pemilu nasional menyebut Maduro sukses memenangkan Pilpres dengan memperoleh 51,2 suara pemilih, lebih unggul ketimbang pesaingnya oposisi Edmundo Gonzalez Urrutia yang hanya mendapatkan 44,2 persen suara pemilih.
Kendati Maduro sah jadi presiden Venezuela periode keempat, namun hasil pemilu tersebut mendapat kecaman sejumlah pihak. Bahkan kubu oposisi, Edmundo Gonzales mengklaim bahwa hasil Pilpres yang diumumkan badan pemilu Venezuela itu tidak masuk akal.
Baca juga: Kandidat Pilpres Venezuela Sama-sama Mengaku Menang, Para Pemimpin Dunia Tunda Ucapkan Selamat
Mereka membantah klaim yang menyebut Gonzalez gagal mengalahkan Maduro, dengan perolehan suara 44 persen dibandingkan 51 persen.
Tak hanya kubu Gonzalez, para pemimpin oposisi Venezuela dan pengamat asing juga meragukan kemenangan Maduro. Mereka mendesak otoritas pemilu Caracas untuk merilis secara detail hasil pilpres yang dipermasalahkan ke publik.
"Saya ingin mengatakan kepada Venezuela dan dunia bahwa mereka punya presiden terpilih yang baru dan itu adalah Edmundo Gonzales Urrutia," ucap pemimpin oposisi Venezuela, Maria Corina Machado.
Ratusan warga Venezuela Gelar Demo
Pasca Nicolas Maduro dinyatakan menang sebagai Presiden, ratusan warga Venezuela turun ke jalan untuk memprotes apa yang mereka anggap sebagai kemenangan palsu. Ratusan orang itu berbaris menuju pusat kota dari Petare, salah satu lingkungan berpenghasilan rendah terbesar di kota itu.
Sambil memukul panci dan wajan mereka mengajak orang-orang di trotoar untuk bergabung dengan kerumunan, meneriakkan kata-kata menentang perpanjangan masa jabatan Maduro, seperti "Kebebasan, kebebasan!" dan "Pemerintah ini akan jatuh!.
“Kami menginginkan kebebasan. Kami ingin Maduro pergi. Maduro, pergi!,” kata Marina Sugey, seorang warga berusia 42 tahun dari daerah miskin di Caracas.
Awalnya aksi unjuk rasa berjalan damai, namun secara mengejutkan petugas keamanan menembakkan gas air mata dan peluru karet ke arah demonstran. Menurut laporan media lokal, sedikitnya satu pengunjuk rasa tewas saat akibat terkena tembakan gas air mata dan peluru karet.
"Sedikitnya satu orang tewas dan 46 lainnya ditangkap dalam demonstrasi pasca-pemilu," ujar laporan Kepala kelompok HAM Foro Penal, Alfredo Romero.