Utamanya dalam dugaan keberpihakan CNE sebagai lembaga penyelenggara pilpres.
Pihak oposisi mengatakan para saksi mereka ditolak aksesnya ke kantor pusat CNE saat suara sedang dihitung.
Mereka menuduh, otoritas pemilu telah menghapus beberapa suara dalam penghitungan mereka.
Sementara itu, pemerintah Maduro mengendalikan hampir semua lembaga negara, termasuk CNE.
Pada 2017 lalu, lembaga tersebut juga dituduh memanipulasi angka partisipasi pemilih oleh perusahaan perangkat lunak yang menyediakan teknologi pemungutan suara.
Walau begitu, CNE sebelumnya telah membantah tuduhan tersebut.
Diketahui, warga Venezuela memberikan suara menggunakan mesin elektronik, yang mencatat suara dan memberi tanda terima kertas berisi kandidat pilihan mereka.
Selanjutnya, para pemilih meletakkan tanda terima tersebut di kotak suara sebelum meninggalkan tempat pemungutan suara.
Setelah pemungutan suara ditutup, setiap mesin mencetak lembar penghitungan yang menunjukkan nama kandidat dan suara yang mereka terima.
Namun, diduga partai yang berkuasa memegang kendali ketat atas sistem pemungutan suara tersebut.
Otoritas pemilu belum merilis lembar penghitungan suara dari 30.000 mesin pemungutan suara hingga Senin malam.
Baca juga: Tolak Kemenangan Maduro, Peru Usir Diplomat Venezuela, Hanya Diberi Waktu 3 Hari untuk Angkat Kaki
Situs badan pemilu juga itu tidak dapat diakses, dan masih belum jelas kapan penghitungan suara akan tersedia.
Kurangnya penghitungan suara mendorong sekelompok pemantau pemilu independen dan Uni Eropa untuk secara terbuka mendesak badan tersebut segera merilisnya.
Bahkan, beberapa negara lain, termasuk AS dan Uni Eropa, menunda pengakuan hasil pemilu tersebut.
(mg/mardliyyah)
Penulis adalah peserta magang dari Universitas Sebelas Maret (UNS)