TRIBUNNEWS.COM - Perselisihan terjadi antara menteri-menteri tinggi Israel terkait keterlambatan dalam menanggapi penndemo yang menyerbu markas militer Israel.
Perselisihan bermula ketika Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant meragukan peran Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir.
Gallant menuduh Ben Gvir gagal dalam mengambil tindakan cepat terhadap perusuh yang menyerbu dua markas militer Israel pada Senin (297/2024).
Markas militer ini merupakan tempat di mana para tentara ditahan karena melakukan penganiayaan berkelompok terhadap seorang tahanan Palestina.
Tak hanya itu, Gallant juga mendesak Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk memastikan apakah Ben Gvir mencegah atau menunda tindakan polisi terhadap perusuh Israel di pangkalan militer Sde Teiman dan Beit Lid di Israel selatan dan tengah.
Menurut Gallant, Netanyahu harus bersikap tegas terhadap siapa saja yang berpartisipasi dalam kerusuhan tersebut.
"Netanyahu harus mengambil sikap tegas terhadap anggota koalisi yang berpartisipasi dalam kerusuhan," kata harian Israel Haaretz.
Hal ini menyorot terhadap video yang viral di media sosial.
Di mana video tersebut menampilkan anggota parlemen dan menteri dari partai sayap kanan Jewish Power yang berpartisipasi dalam penyerbuan markas militer.
Gallant juga mengatakan bahwa aksi rusuh yang dilakukan oleh sejumlah pendemo ini merugikan dan merusak repuasi Israel.
Hal tersebut sesuai dengan isi surat Gallantt yang dikirim kepada Netanyahu.
“Dukungan dan partisipasi aktif pejabat terpilih dalam kerusuhan di pangkalan militer, sambil mengeluarkan pernyataan keras terhadap perwira senior militer, merupakan fenomena yang parah dan sangat berbahaya yang merusak keamanan, kohesivitas sosial, dan reputasi internasional Israel," tulis surat Gallant, dikutip dari Anadolu Anjansi.
Baca juga: Ben Gvir Bikin Geram Politisi Israel, Serukan agar Umat Yahudi Bebas untuk Berdoa di Masjid Al Aqsa
Dengan tegas, Gallant meminta kepada Netanyahu untuk segera menangani kerusuhan ini.
“Fenomena berbahaya ini harus ditangani dengan tegas dan segera,” tambah Gallant.
Aksi rusuh ini meliputi bentrokan jarak dekat dengan tentara dan petugas polisi yang mencoba mencegah pengunjuk rasa memasuki pangkalan dan kemudian memasuki aula.
Lembaga penyiaran milik pemerintah KAN melaporkan bahwa tentara Israel menuduh polisi tidak secepat mungkin dalam menangani bentrok ini.
"Tentara Israel mengkritik polisi tadi malam karena ketidakmampuan mereka mengendalikan kerusuhan di Sde Teiman dan Beit Lid," lapor lembaga penyiaran milik pemerintah KAN pada hari Selasa (30/7/2024).
IDF mengklaim polisi membutuhkan waktu lama dalam meredakan bentrok yang terjadi.
"Tentara Israel mengklaim bahwa meskipun ada permohonan yang diajukan kepada polisi kemarin ketika kekacauan dimulai di Sdei Teiman, polisi membutuhkan waktu berjam-jam untuk mengendalikan kejadian tersebut,"tambahnya.
Namun atas tuduhan yang dilontarkan oleh pasukan yang dipimpin Ben-Gvir ini belom mendapatkan tanggapan dari polisi Israel.
Sebagai informasi, sebelumnya puluhan warga Israel menerobos masuk ke gedung pengadilan militer Israel di pangkalan militer di Beit Lid di Israel tengah.
Aksi penyerbuan yang terjadi pada hari Senin (29/7/2024) ini sebagai bentuk protes penangkapan tentara yang dituduh melakukan pelecehan seksual terhadap seorang tahanan Palestina dari Gaza yang ditahan di penjara Sde Teiman Israel.
Al Mayadeen melaporkan kasus spesifiknya adalah pasukan pendudukan Israel memperkosa seorang tahanan Palestina dengan menyerangnya menggunakan tongkat.
Ini menyebabkan tahanan tersebut cedera serius sehingga ia harus dipindahkan ke rumah sakit.
Mengetahui hal tersebut, polisi Militer Israel menyerbu kamp konsentrasi.
Kamp ini merupakan pangkalan militer bagi pasukan pendudukan di gurun al-Naqab yang diduduki.
Polisi Israel menangkap sembilan tentara yang bertugas di lokasi tersebut untuk diinterogasi.
Akibat penggerebekan tersebut, terjadi perkelahian antara anggota Polisi Militer dan tentara Israel yang berjaga di lokasi tersebut.
Konflik Palestina vs Israel
Israel telah melancarkan serangan mematikan di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023.
Meski mendapat kecaman Internasional karena mengabaikan resolusi DK PBB untuk segera melakukan gencatan senjata, Israel terus gencar menggempur Gaza.
Lebih dari 39.300 warga Palestina telah terbunuh.
Sebagian besar korban merupakan wanita dan anak-anak.
Korban luka akibat serangan Israel telah mencapai hampir 91.000 orang.
Sebagian besar wilayah Gaza hancur setelah selama sembilan bulan lebih Israe menggempur wilayah ini.
(Tribunnews.com/Farrah Putri)
Artikel Lain Terkait Yoav Gallant, Ben Gvir dan Konflik Palestina vs Israel