Sebagai informasi, bersamaan dengan tewasnya Haniyeh, Israel juga menyerang Lebanon sebagai tanggapan agresi di Majdal Shams yang menewaskan 12 anak.
Kendati demikian, Lebanon membantah serangan ke Majdal Shams itu.
Terpisah, peneliti di Pusat Studi Strategis Timur Tengah di Teheran, Abas Aslani, menlai peristiwa tewasnya Haniyeh akan bergema di seluruh kawasan dan sekitarnya.
Ia menilai eskalasi lebih lanjut di Timur Tengah tidak dapat terelakkan.
"Saat ini, saat kita berbicara, eskalasi tampaknya tak terelakkan," kata Aslani.
Ia menambahkan pembunuhan itu terjadi tepat saat Presiden baru Iran, Pezeshkian, berbicara tentang dialog dan keterlibatan dengan Barat.
Baca juga: Kemunculan Terakhir Ismail Haniyeh sebelum Tewas Diserang Israel, Hadiri Pelantikan Presiden Iran
"Kita mungkin mengucapkan selamat tinggal untuk pembicaraan gencatan senjata saat ini. Sebab, tewasnya Haniyeh bisa meningkat menjadi perang regional."
"PM Israel berusaha melakukan segalanya untuk memperpanjang kehidupan politiknya."
"Dia ingin melanjutkan perang (di Gaza), dan saya pikir ini dimaksudkan tidak hanya untuk memengaruhi proses di Teheran dan kawasan itu, tetapi juga di Washington," jelas Aslani.
Jenazah Haniyeh akan Dimakamkan di Qatar
Sebagai informasi, Haniyeh tewas etelah diserang "proyektil berpemandu udara" di Teheran, Iran, Rabu dini hari pukul 2.00 waktu setempat.
Tewasnya Haniyeh telah dikonfirmasi langsung oleh Hamas dan Kelompok Perlawanan Islam Iran (IRGC).
"Pagi ini, kediaman Ismail Haniyeh di Teheran diserang, yang mengakibatkan dia dan salah satu pengawalnya tewas," ungkap IRGC, Rabu, dikutip dari Anadolu Ajansi.
Selain Haniyeh, salah satu pengawalnya juga tewas dalam serangan tersebut.
Pemimpin Hamas itu dibunuh sehari setelah Presiden Iran terpilih, Masaoud Pezeshkian, dilantik, Selasa (30/7/2024).