Militer Israel telah mengebom sekolah, rumah sakit, dan kamp pengungsi, dengan klaim bahwa mereka menargetkan pejuang Hamas.
Serangan Israel yang terus berlanjut di Gaza telah menewaskan sedikitnya 39.480 warga Palestina dan menghancurkan sebagian besar wilayah yang terkepung itu menjadi puing-puing.
Ketika Israel membunuh Hamza Dahdouh, putra tertua kepala biro Al Jazeera di Gaza dan seorang jurnalis, pada bulan Januari, Israel juga menuduhnya sebagai bagian dari Hamas – sebuah tuduhan yang dibantah oleh jaringan tersebut dan kelompok kebebasan pers.
Hamza Dahdouh terbunuh bersama jurnalis lainnya Mustafa Thuraya.
Israel telah memberikan pembenaran yang bertentangan atas serangan itu.
Awalnya, Israel mengklaim bahwa mereka menyerang Dahdouh dan Thuraya karena menggunakan kamera drone, dengan asumsi bahwa mereka merupakan ancaman bagi pasukan Israel.
Dahdouh dan Thuraya mengenakan rompi yang dengan jelas mengidentifikasi mereka sebagai pers.
Pada bulan Februari, Israel kembali mengklaim tanpa bukti bahwa koresponden Al Jazeera berbahasa Arab Ismail Abu Omar adalah seorang anggota Hamas setelah menargetkannya dengan serangan yang menyebabkannya terluka parah.
Saat itu Al Jazeera menolak dan mengutuk tuduhan tersebut, mengingat sejarah panjang Israel dalam menyerang jaringan dan jurnalisnya.
Pasukan Israel telah membunuh koresponden Al Jazeera Shireen Abu Akleh di Tepi Barat pada tahun 2022 dan juru kamera jaringan tersebut Samer Abudaqa di Gaza pada bulan Desember 2023.
Israel, yang melarang Al Jazeera di negara itu awal tahun ini, juga telah mengebom sebuah menara yang menampung kantor jaringan tersebut di Gaza pada tahun 2021.
Israel telah membunuh 165 wartawan di Gaza sejak awal perang, menurut Kantor Media Pemerintah Gaza.
Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) dan Reporter Lintas Batas mengutuk pembunuhan al-Ghoul dan al-Rifi.
"Jurnalis adalah warga sipil dan tidak boleh menjadi sasaran. Israel harus menjelaskan mengapa dua jurnalis Al Jazeera tewas dalam apa yang tampak sebagai serangan langsung," kata CEO CPJ Jodie Ginsberg dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu (31/7/2024).
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)