Terbaru, tanda-tanda itu ditunjukkan oleh kabar yang dilansir surat kabar terkemuka Amerika Serikat (AS), The Washington Post yang mengutip seorang pejabat Departemen Pertahanan AS di Gedung Pentagon.
Baca juga: Eks-Pejabat Keamanan Israel: Kematian Ismail Haniyeh Tak akan Mengubah Kemampuan Militer Hamas
Laporan itu mengatakan kalau AS mengerahkan 12 kapal perang di Timur Tengah setelah pembunuhan Ismail Haniyeh dan Fouad Shukr oleh Israel, sekutu abadi AS di kawasan.
Ismail Haniyeh adalah pemimpin biro politik Hamas. Sedangkan Fouad Shukr adalah komandan militer gerakan Hizbullah Lebanon.
Keduanya terbunuh dalam serangan senyap yang dilakukan Israel lewat pengeboman udara, masing-masing di Beirut, Lebanon dan Teheran, Iran dalam waktu yang cenderung berdekatan.
Israel membunuh Fouad Shukr dalam pengeboman yang dilakukan Selasa (30/7/2024) sedangkan Haniyeh dieksekusi pada Rabu (31/7/2024).
Keduanya merupakan sosok petinggi gerakan di poros perlawanan yang menjadi mitra strategis dari Iran.
Selain keduanya, dalam bombardemen di Beirut yang menewaskan Fouad Shukr, Israel rupanya juga melenyapkan penasihat militer asal Iran, Milad Bidi dalam serangan tersebut.
Faktor itu, ditambah pengeboman yang dilakukan di teritorial mereka, diyakini akan membuat Iran akan ikut terjun langsung dalam peperangan terhadap Israel.
Baca juga: Garda Revolusi Siapkan Tindakan, Media Israel: Ismail Haniyeh Dibunuh Rudal dari Luar Iran
Garda Revolusi Terima Perintah Serangan Langsung ke Israel dari Ali Khamenei
Sinyal Iran akan terlibat langsung dalam peperangan melawan Israel dipertegas oleh pernyataan Pemimpin tertinggi Iran, Ayatullah Ali Khamenei.
Dia dilaporkan telah mengeluarkan perintah untuk menyerang Israel secara langsung.
Serangan tersebut sebagai balasan atas pembunuhan pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh di Teheran.
Hal ini berdasarkan keterangan tiga pejabat Iran terpisah yang diberi pengarahan tentang perintah tersebut.
Perintah serangan diberikan dalam pertemuan darurat Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran pada Rabu pagi, tak lama setelah Iran mengumumkan bahwa Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh telah terbunuh.
Dikutip dari New York Times, ketiga pejabat, di mana dua di antaranya adalah anggota Garda Revolusi meminta agar nama mereka tidak dipublikasikan karena mereka tidak berwenang untuk berbicara di depan umum.