News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Krisis Politik di Bangladesh

Sedikitnya 27 Orang Tewas dalam Aksi Protes Terbaru di Bangladesh, PM Sheikh Hasina Diminta Mundur

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Wahyu Gilang Putranto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pengunjuk rasa turun ke jalan menuntut PM Bangladesh Sheikh Hasina mengundurkan diri, 4 Agustus 2024

"Serangan terhadap rumah sakit tidak dapat diterima," kata Menteri Kesehatan Samanta Lal Sen.

"Semua orang harus menahan diri dari ini."

Untuk kedua kalinya selama protes baru-baru ini, pemerintah menutup layanan internet berkecepatan tinggi, kata operator seluler di negara tersebut, sementara platform media sosial Facebook dan WhatsApp tidak tersedia.

200 Orang Tewas dalam Aksi Protes Terjadi Bulan Lalu

Demonstran antikuota bentrok dengan polisi di Dhaka pada 18 Juli 2024. (AFP/MUNIR UZ ZAMAN)

Mengutip AP, aksi protes yang dilakukan para mahasiswa terjadi bulan lalu.

Mereka menuntut diakhirinya sistem kuota untuk pekerjaan pemerintah yang menurut mereka diskriminatif.

Berdasarkan sistem tersebut, 30 persen dari pekerjaan tersebut diperuntukkan bagi keluarga veteran yang berjuang dalam perang kemerdekaan Bangladesh melawan Pakistan pada tahun 1971.

Aksi protes tersebut awalnya berlangsung damai, tetapi berubah menjadi kekerasan pada 15 Juli saat mahasiswa di Universitas Dhaka bentrok dengan polisi dan aktivis sayap mahasiswa partai Liga Awami yang berkuasa.

Sejak saat itu, lebih dari 200 orang tewas dan ribuan lainnya terluka.

Ketika kekerasan meningkat, pada 21 Juli, Mahkamah Agung akhirnya memangkas kuota veteran menjadi 5 persen.

Tetapi protes masih saja menyebar di tengah kemarahan atas kekerasan yang terjadi.

Para demonstran menyalahkan pemerintah atas penggunaan kekuatan berlebihan.

Baca juga: Demonstrasi Mahasiswa Bisa Munculkan Pemimpin Baru di Bangladesh?

Pihak berwenang menutup sekolah dan universitas di seluruh negeri, memblokir akses internet, dan memberlakukan jam malam untuk menembak di tempat.

Setidaknya, 11.000 orang telah ditangkap dalam beberapa minggu terakhir.

Protes tersebut kini telah berkembang menjadi gerakan antipemerintah yang lebih luas di seluruh negara Asia Selatan yang berpenduduk sekitar 170 juta orang itu.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini