Menurut kantor berita NBC, beberapa jam yang lalu sebuah pesawat angkut Il-76 yang lepas landas dari Rusia mendarat di Teheran, Iran.
TRIBUNNEWS.COM, IRAN - Laporan terbaru menyebutkan bahwa Iran mungkin akan mengoperasikan beberapa sistem rudal balistik taktis Iskander.
Menurut kantor berita NBC, beberapa jam yang lalu sebuah pesawat angkut Il-76 yang lepas landas dari Rusia mendarat di Teheran, Iran.
Dikutip pada Senin (5/8/2024), di dalam pesawat itu kabarnya terdapat kompartemen kargo untuk senjata.
Pengiriman rudal ini dilakukan di tengah ancaman Iran segera akan menyerang Israel.
Sistem Iskander-M merupakan salah satu perkembangan paling modern di bidang senjata rudal taktis.
Rudal ini mampu menyerang sasaran pada jarak hingga 500 km dengan akurasi tinggi.
Hal ini menjadikannya sarana yang sangat efektif untuk menghancurkan sasaran musuh yang penting dan strategis dengan lokasi yang sangat jauh.
Memberikan senjata ampuh kepada Iran dapat secara signifikan mengubah keseimbangan kekuatan di kawasan.
Baca juga: Jenderal Iran: Serangan ke Israel Tidak Bisa Diprediksi dan Akan Mengejutkan
Rudal Iskander tidak hanya mampu menimbulkan kerusakan signifikan pada infrastruktur militer tetapi juga memberikan tekanan psikologis yang sangat besar pada lawan.
Namun informasi di atas menimbulkan banyak keraguan di kalangan analis karena Iran merupakan negara yang memiliki banyak sistem rudal balistik dalam pertempuran dengan jangkauan yang jauh lebih jauh dibandingkan Iskander-M, serta akurasinya tidak kalah.
Sedangkan jika Rusia memasok Iskander ke Iran, kemungkinan besar ini hanya Iskander-E versi ekspor dengan jarak tempuh yang dikurangi 280 km.
Selain itu deviasinya juga hingga puluhan meter dibandingkan hanya 5 - 7 meter seperti pada varian domestik Iskander-M, jadi tidak masuk akal bagi Iran untuk menerima senjata semacam itu.
Melihat kenyataan di atas, ada anggapan bahwa pemberitaan Rusia mengirimkan rudal Iskander ke Iran hanyalah “kedok” dan harus dipahami sebaliknya.
Yakni Teheran memberikan rudal balistik taktis ke Moskow terutama saat produksi proses di Rusia melambat dan tidak dapat sepenuhnya memenuhi persyaratan di medan perang.
Seperti diketahui Iran mengancam akan menyerang Israel setelah kematian pimpinan Hamas Ismail Haniyeh di Teheran Iran pekan lalu.
Hamas merupakan sekutu Iran di Timur Tengah melawan Israel.
Menlu AS: Serangan dalam waktu dekat
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan kepada rekan-rekannya dari negara-negara G7 bahwa Washington yakin serangan Iran terhadap Israel dapat dimulai dalam 24 hingga 48 jam ke depan, demikian Axios media yang berbasis di AS melaporkan mengutip sumber yang ikut dalam pertemuan menteri-menteri G7.
Menurut laporan itu, Blinken berbicara dengan rekan-rekannya di tengah upaya AS untuk meredakan ketegangan di kawasan dan mencegah meletusnya perang habis-habisan.
Baca juga: Shin Bet Siapkan Bunker Persembunyian untuk Netanyahu di Tengah Ancaman Perang Iran
Karena AS yakin serangan Iran tidak dapat dihindari setelah terbunuhnya pejabat tinggi Hizbullah dan Hamas minggu lalu.
Blinken mengatakan kepada para pejabat dalam panggilan tersebut bahwa menekan Teheran untuk membatasi serangannya adalah cara terbaik untuk menghindari perang regional.
Blinken mengatakan bahwa AS tidak mengetahui waktu pasti serangan Iran yang direncanakan, Axios menambahkan, tetapi meyakini serangan itu dapat dimulai paling cepat pada hari Senin hari ini.
Jenderal Iran: Serangan ke Israel Tidak Bisa Diprediksi dan akan Mengejutkan
Jenderal Hossein Taeb, yang saat ini menjadi penasihat panglima tertinggi Garda Revolusi Iran (IRGC), mengatakan bentuk balas dendam atas pembunuhan pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, tidak akan dapat diprediksi dan mengejutkan.
Hossein Taeb menyampaikan pernyataan tersebut selama pertemuan dengan pejabat dan anggota pasukan Basij di kota suci Mashhad, pada Minggu (4/8/2024) seperti dikutip dari TehranTimes.
Mantan Kepala Intelijen IRGC ini menekankan bahwa balas dendam terhadap Israel akan dilaksanakan melalui perancangan skenario baru dan mengejutkan.
Menurut dia musuh-musuh Revolusi Islam Iran harus memahami bahwa Iran selalu siap menghadapi ancaman dan mempertahankan hak-haknya.
Terkait upaya Netanyahu untuk mendapatkan dukungan Amerika Serikat (AS) dengan menekankan ancaman militer yang melibatkan Lebanon dan Iran, Taeb menekankan “Setiap konflik baru di kawasan tersebut hanya akan memperburuk tekanan dan tantangan internal bagi Amerika Serikat.”
Karena alasan ini, menurut dia, upaya Presiden AS Joe Biden untuk membujuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menuju solusi diplomatik sejauh ini tidak membuahkan hasil.
“Meskipun Netanyahu yakin ia dapat menyeret AS ke dalam perang, Amerika tidak mengizinkannya melakukannya. Politisi Amerika hanya memberikan lampu hijau terbatas untuk menargetkan komandan Hizbullah dan Hamas. Namun, Netanyahu berusaha mengubah tindakan terbatas ini menjadi perang regional, yang menghadapi pertentangan keras dari AS”
Ta'eb menegaskan Netanyahu dan para penentangnya sama-sama meyakini bahwa Israel berada di ambang kehancuran dan jika situasi terus berlanjut maka pemerintahan Netanyahu mungkin akan berakhir pada tahun 2028.
"Netanyahu dan faksi-faksi sayap kanan dan konservatif semuanya memiliki pandangan yang sama bahwa Israel tidak akan mampu bertahan hingga ulang tahunnya yang ke-80 dan harus mencari solusi baru untuk mengatasi tantangan-tantangan yang ada di depan.”