TRIBUNNEWS.COM - Iran tidak bermaksud meningkatkan ketegangan regional, tetapi yakin perlu menghukum Israel untuk mencegah ketidakstabilan lebih lanjut.
Hal ini disampaikan juru bicara kementerian luar negeri Iran, Nasser Kanaani, Senin (5/8/2024).
Pernyataan tersebut menyusul pembunuhan Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran minggu lalu.
“Iran berupaya menciptakan stabilitas di kawasan, tetapi hal ini hanya dapat dicapai dengan menghukum agresor dan menciptakan pencegahan terhadap petualangan rezim Zionis (Israel)” kata Nasser Kanaani, seraya menambahkan bahwa tindakan dari Teheran tidak dapat dihindari, dilansir Arab News.
Kanaani meminta Amerika Serikat untuk berhenti mendukung Israel.
Ia mengatakan, masyarakat internasional telah gagal dalam tugasnya untuk menjaga stabilitas di kawasan tersebut dan harus mendukung “hukuman bagi agresor."
Haniyeh Tewas karena Proyektil Jarak Pendek
Pada Sabtu (3/8/2024), Garda Revolusi Iran mengatakan, proyektil jarak pendek berada di balik pembunuhan kepala politik Hamas, Ismail Haniyeh.
Iran menuduh Amerika Serikat (AS) mendukung serangan yang disalahkannya pada Israel.
Pernyataan yang disiarkan di televisi itu menegaskan kembali seruan untuk pembalasan.
Garda Revolusi Iran mengatakan, sebuah roket dengan hulu ledak tujuh kilogram (sekitar 15 pon) digunakan untuk menargetkan kediaman pemimpin politik Hamas di ibu kota Iran, Teheran, Rabu (31/7/2024).
Baca juga: Antisipasi Perang Iran vs Israel 32 Ton Bantuan Medis Korban Perang Tiba di Beirut
Iran menambahkan, serangan itu menyebabkan kerusakan besar.
Namun, pernyataan itu tidak menyebutkan rincian lokasi kediaman Ismail Haniyeh tersebut.
Haniyeh diketahui berada di Iran untuk menghadiri pelantikan Presiden Iran yang baru terpilih, Masoud Pezeshkian.
"Tindakan itu dirancang dan dilaksanakan oleh rezim Zionis dan didukung oleh AS," kata pernyataan Garda Revolusi, dikutip dari AP News.