TRIBUNNEWS.com - Seorang sersan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) tewas ditembak pejuang kelompok sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam, Minggu (11/8/2024).
Detik-detik penembakan terhadap sersan IDF itu terlihat dalam rekaman video dokumentasi yang dibagikan Al-Qassam di saluran Telegram.
Awalnya, terlihat seorang penembak jitu Al-Qassam menyiapkan senapan dan mengarahkannya ke target yang ada di gedung seberang.
Lalu, tampak pejuang lainnya memberikan lima peluru kepada penembak jitu yang sudah bersiap.
Tetapi, penembak jitu tersebut tak langsung melepaskan peluru.
Dikutip dari Palestine Chronicle, ia dan pejuang Al-Qassam lainnya mengintai sembari makan makanan kecil.
Saat target berada di jendela bangunan, penembak jitu Al-Qassam langsung melepaskan tembakan.
Akibatnya, sersan IDF itu langsung tewas.
Ketika mengetahui targetnya ambruk terkena tembakan, pejuang Al-Qassam terdengar mengucapkan, "Allahuakbar!"
Israel diketahui telah mengonfirmasi kematian sersan IDF tersebut.
Dilansir Al Mayadeen, militer Israel mengungkapkan penembakan itu terjadi di wilayah paling timur Khan Younis, Jalur Gaza.
Baca juga: Bocoran Kapan Iran Bakal Serang Israel, Khamenei Siap Ambil Risiko, Tak Gentar Balas Tel Aviv
Selain sersan IDF tersebut, dua tentara Israel lainnya mengalami cedera akibat tembakan pejuang Al-Qassam.
Terpisah, di Kota Hebron, Tepi Barat yang diduduki, dua polisi perbatasan Israel terluka pada Senin malam, setelah terkena pecahan granat di dekat Masjid Al-Ibrahimimi.
Harian Israel, Yedioth Ahronoth, melaporkan seorang prajurit polisi wanta dibawa ke rumah sakit terdekat.
Sementara, satu perwira polisi dirawat di tempat kejadian.
Yedioth Ahronoth mencatat penyelidikan dilakukan menyusul insiden tersebut.
Netanyahu dan Gallant Saling Serang
Sementara itu, terjadi perpecahan antara Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dan Menteri Pertahanan, Yoav Gallant, Senin, mengenai serangan di Gaza.
Gallant menyebut pernyataan Netanyahu soal "kemenangan total" atas Hamas sebagai "omong kosong".
Kritik itu disampaikan Gallant selama pertemuan tertutup Komite Urusan Luar Negeri dan Pertahanan Knesset, Senin.
"Saya mendengar semua pahlawan menabuh genderang perang, 'kemenangan mutlak', dan omong kosong ini," ujar Gallant, dilansir Anadolu Ajansi.
Baca juga: AS Akui Sulit Prediksi Balasan Iran ke Israel: Kemungkinan Serangan Teheran Bakal Signifikan
Menyusul kritikan Gallant, Kantor Netanyahu mengeluarkan pernyataan yang mengatakan Gallant "juga terikat oleh kemenangan mutlak."
"Saat Gallant mengadopsi narasi anti-Israel, ia merusak peluang tercapainya kesepakatan penyanderaan," kata pernyataan tersebut.
"Dia seharusnya menyerang (Yahya Sinwar), yang menolak mengirim delegasi ke perundingan (gencatan senjata), yang merupakan satu-satunya hambatan terhadap kesepakatan penyanderaan."
Minggu lalu, mediator Mesir, Qatar, dan AS mendesak Israel dan Hamas untuk menyelesaikan rincian gencatan senjata Gaza dan kesepakatan pembebasan sandera tanpa penundaan atau alasan lebih lanjut.
Sementara Israel mengatakan akan mengirim delegasi ke pembicaraan tersebut, Hamas menuntut para mediator menyampaikan rencana untuk melaksanakan proposal gencatan senjata yang didukung oleh Presiden AS, Joe Biden, yang telah disetujui pada 2 Juli.
Netanyahu menegaskan kembali pendiriannya, Israel harus mencapai "kemenangan mutlak" di Gaza.
"Ini adalah arahan yang jelas dari Perdana Menteri Netanyahu dan kabinet, dan ini mengikat semua orang, termasuk Gallant," kata pernyataan Kantor Netanyahu.
Pembicaraan tidak langsung yang dimediasi oleh AS, Qatar, dan Mesir gagal menyetujui kesepakatan gencatan senjata permanen atas penolakan Netanyahu terhadap seruan Hamas untuk mengakhiri perang dan mengizinkan kembalinya warga Palestina yang mengungsi ke Gaza utara.
Mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera, Israel telah menghadapi kecaman internasional di tengah serangan brutalnya yang berkelanjutan di Gaza sejak 7 Oktober 2023.
Serangan Israel sejak saat itu telah menewaskan sekitar 39.900 korban, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan melukai lebih dari 92.000 lainnya, menurut otoritas kesehatan setempat.
Lebih dari 10 bulan sejak serangan Israel, sebagian besar wilayah Gaza masih hancur di tengah blokade yang melumpuhkan terhadap makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ), yang memerintahkannya untuk segera menghentikan operasi militernya di kota selatan Rafah, tempat lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang sebelum diserang pada 6 Mei.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)