Senjata-senjata itu di antaranya rudal dengan sistem pemandu atau tanpa sistem pemandu, rudal balistik dan rudal antikapal, dan pesawat nirawak atau drone yang membawa bom.
Sederet tersebut diklaim bisa masuk jauh ke dalam wilayah Israel.
“Serangan apa pun mungkin akan menyeret Israel, Lebanon, dan bagian lain dari kawasan itu ke dalam perang besar-besaran,” kata Maariv.
Selama konflik 10 bulan terakhir dengan Israel, Hizbullah menerapkan taktik serangan yang disebut sebagai “serangan saturasi”.
Serangan saturasi adalah serangan yang digunakan untuk membuat sistem pertahanan musuh kewalahan.
Dengan serangan itu, Hizbullah menguji celah yang ada dalam sistem pertahanan udara Israel.
Baca juga: Dalam 24 Jam, Israel Digempur 10 Kali oleh Hizbullah, Kebakaran Besar Melanda Galilea Atas
Hizbullah juga mengungkapkan senjata-senjata barunya untuk merespons pembunuhan Fuad Shukr.
“Hizbullah, suatu milisi dan partai politik yang muncul dari perang sudara Lebanon dan menjadi salah satu pemain terkuat di Timur Tengah, sedang bersiap untuk momen ini sejak tahun 2006, ketika Israel terakhir kalinya menginvasi Lebanon,” kata Maariv.
“Organisasi ini menerima banyak kiriman roket dan pesawat nirawak dari Iran, dan dalam beberapa tahun belakangan juga mulai membuat senjatanya sendiri. Hizbullah juga memiliki kemampuan sistem pertahanan udara yang tidak dipunyai kebanyakan milisi di Timur Tengah.”
Pakar memperkirakan Hizbullah mempunyai 130.000 hingga 150.000 roket dan rudal. Jumlah itu bahkan lebih dari empat kali lipat rudal milik Hamas sebelum perang di Jalur Gaza meletus.
Hizbullah mengklaim memiliki lebih dari 100.000 pejuang. Jumlah itu juga jauh lebih banyak daripada pejuang Hamas.
Maariv menyebut kebanyakan senjata Hizbullah memang rudal tanpa sistem pemandu. Akan tetapi, senjata itu tetap bisa membahayakan sistem pertahanan Israel jika ditembakkan secara keroyokan.
“Bahkan yang lebih mengkhawatirkan bagi Israel adalah senjata presisi dengan sistem pemandu, yang diklaim dipunyai oleh organisasi itu.”
“Hizbullah sangat merahasiakan senjatanya, dan para pakar senjata hanya bisa menebak-nebak kekuatannya. Sebagian besar informasi yang diketahui publik datang dari pernyataan organisasi itu dan pemimpinnya, Hassan Nasrallah.”