Selama wawancara dengan Sky News, Abdulhadi mengatakan tidak ada seorang pun yang mempercayai Netanyahu.
"Hamas menerima usulan Biden sebelumnya dan keputusan Dewan Keamanan PBB - namun dalam setiap kasus, Netanyahu menolak untuk menyetujui dan mengajukan hambatan."
Ketika didesak mengenai urgensi untuk setidaknya menyetujui jeda pertempuran mengingat jumlah korban tewas sudah mencapai 40.000 orang, Abdulhadi menjawab:
"Hamas telah melakukan segalanya untuk mencapai kesepakatan guna menghentikan perang ini, tetapi Israel-lah yang meneruskannya dan bersikeras melakukan kejahatan - dan Amerika mendukung mereka sementara dunia hanya menyaksikan semuanya."
"Kami tidak ingin perang berhenti hanya sementara di mana Israel dapat mengambil kembali sandera mereka dan kemudian terus melakukan pembantaian setelahnya."
"Kami menginginkan gencatan senjata permanen karena itulah yang paling menguntungkan rakyat kami - dan rakyat kamilah yang memberi tahu kami untuk tidak menerima kesepakatan tanpa gencatan senjata permanen."
AS, Inggris, Perancis Turun Tangan
Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken terbang ke Israel untuk melakukan pembicaraan lebih lanjut pada hari Minggu *18/8/2024) untuk mencoba mendorong kesepakatan.
Blinken menyusul perjalanan diplomatik gabungan Inggris-Prancis ke Israel.
Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy bekerja sama dengan Menteri Luar Negeri Prancis Stephane Sejourne memperingatkan bahwa saat ini adalah momen yang berbahaya bagi kawasan tersebut.
Kawasan tersebut berada di tengah kekhawatiran yang meluas bahwa Iran dan Hizbullah Lebanon sedang merencanakan pembalasan atas pembunuhan dua pejabat tinggi di Teheran dan Beirut.
Dalam sebuah artikel bersama di surat kabar Observer, kedua menteri luar negeri tersebut mengatakan satu perhitungan yang terlewat dan situasi berisiko berubah menjadi konflik yang lebih dalam dan lebih sulit diatasi.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)