News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Israel Luncurkan Serangan Terbesar di Tepi Barat Sejak Intifada Kedua

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Tiara Shelavie
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tentara Israel berjalan di jalan selama penggerebekan di kamp al-Faraa untuk pengungsi Palestina di dekat kota Tubas di Tepi Barat yang diduduki pada 28 Agustus 2024. - Sedikitnya 10 warga Palestina tewas dalam penggerebekan dan serangan Israel di beberapa kota di utara Tepi Barat yang diduduki, kata juru bicara Bulan Sabit Merah pada 28 Agustus. Operasi itu dilakukan dua hari setelah Israel mengatakan telah melakukan serangan udara di Tepi Barat yang menurut Otoritas Palestina menewaskan lima orang. (Photo by RONALDO SCHEMIDT / AFP)

Dr Wissam Abu Bakr mengatakan kendaraan militer Israel mengepung rumah sakit, mencegah orang masuk dan keluar dengan bebas. 

“Ambulans yang mengangkut sejumlah korban dari kota tersebut diperiksa dengan saksama saat mereka mencoba memasuki rumah sakit, sementara tentara memeriksa kartu identitas sejumlah orang yang terjebak di rumah sakit sebelum mengizinkan mereka meninggalkannya setelah beberapa jam,” kata Abu Bakr.

Unit penembak jitu juga dikerahkan di gedung-gedung yang berdekatan dan menghadap ke rumah sakit, tambahnya, untuk membatasi pergerakan penghuni.  

Di kamp Far'a, Ghoneimi mengatakan karena penutupan jalan menuju kamp, ​​paramedis terpaksa mengambil jalan bergelombang untuk mengangkut korban tewas dan terluka. 

Beberapa warga terpaksa menebang pohon di dekat rumah mereka agar ambulans dapat melewati gang-gang sempit.  

Setiap kali tim medis mencoba mencapai pintu masuk kamp, ​​mereka diancam oleh tentara dan akan ditembak, kata Ghoneimi. 

“Jika kami menerima panggilan terkait kasus darurat di dalam kamp, ​​paramedis berusaha menanganinya di lapangan, dan jika mereka memerlukan transportasi ke rumah sakit, ambulans berusaha menjangkaunya melalui jalan tanah terjal yang memerlukan waktu lebih lama untuk dilalui.” 

Ghoneimi mengatakan kepada MEE bahwa pemboman kamp tersebut adalah "pemboman udara paling dahsyat" yang pernah dialaminya.

“Salah satu martir itu tidak memiliki tengkorak, bahu, atau otak, seolah-olah dia telah meleleh saat pengeboman,” katanya.

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini