“Pemahaman yang telah meresap ke dalam kesadaran publik adalah bahwa tekanan militer yang sangat dibanggakan oleh perdana menteri kita, tidak hanya tidak membantu pengembalian para sandera, tetapi juga membunuh mereka."
Kecaman warga Israel atas kematian tawanan: Ini adalah gempa bumi
Meskipun kritik terus meningkat, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berjanji untuk melanjutkan pertempuran hingga Hamas dihancurkan.
Militer Israel, yang menyadari sulitnya operasi penyelamatan, telah mengakui bahwa kesepakatan gencatan senjata adalah satu-satunya cara untuk membawa pulang sejumlah besar tawanan dengan selamat.
Beberapa analis mengatakan kemarahan publik atas tewasnya enam sandera dapat menjadi tekanan politik tingkat baru terhadap Netanyahu.
"Saya pikir ini adalah gempa bumi. Ini bukan sekadar satu langkah lagi dalam perang," kata Nomi Bar-Yaacov, peneliti di Program Keamanan Internasional di Chatham House, sesaat sebelum protes massal hari Minggu.
Para kritikus menuduh perdana menteri mengutamakan kepentingan pribadinya daripada mereka yang ditahan di Gaza.
Berakhirnya perang kemungkinan akan mengarah pada penyelidikan atas kegagalan pemerintahnya dalam serangan 7 Oktober, keruntuhan pemerintah, dan pemilihan umum dini.
Namun Gideon Levy, kolumnis surat kabar Haaretz Israel, menyatakan keraguannya bahwa protes besar-besaran di Israel akhirnya dapat memaksa pemerintah Netanyahu untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata.
"Tidak, itu tidak akan cukup – kecuali jika itu merupakan awal dari sesuatu yang besar – karena jika semuanya akan selesai besok, Netanyahu dapat mengatasinya. Jangan lupa bahwa sebagian besar dari mereka yang berunjuk rasa bukanlah dari basis politik Netanyahu," kata Levy kepada Al Jazeera.
Ia juga mencatat bahwa partai-partai sayap kanan dalam pemerintahan tidak peduli dengan para sandera.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)