TRIBUNNEWS.COM, NEW DELHI - Angkatan Udara India kehilangan satu pesawat tempur MiG-29 Fulcrum setelah jet buatan Rusia tersebut jatuh di dekat Barmer saat melakukan misi latihan malam (2/9/2024).
Laporan yang diterima menyebutkan insiden tersebut tidak mengakibatkan kerusakan material di darat dan pilot berhasil melontarkan diri dari pesawat dengan selamat.
Menurut kementerian pertahanan India, masalah teknis yang kritis menyebabkan kecelakaan itu.
Rinciannya masih sedikit, karena otoritas India belum mengungkapkan informasi lebih lanjut.
“Selama misi latihan malam rutin di sektor Barmer, sebuah MiG-29 milik IAF mengalami masalah teknis yang kritis, yang memaksa pilot untuk melontarkan diri. Pilot tersebut selamat, dan tidak ada laporan tentang hilangnya nyawa atau harta benda. Sebuah penyelidikan telah diperintahkan,” demikian pernyataan Angkatan Udara India.
India mengoperasikan sekitar 65 MiG-29, yang terbagi antara varian MiG-29UPG dan MiG-29K/KUB.
Terkenal karena kelincahan dan kecakapan tempur udaranya, jet-jet ini merupakan bagian penting dari strategi pertahanan udara India.
Perjalanan India dengan MiG-29 dimulai pada tahun 1986 ketika menjadi salah satu negara pertama yang memperoleh pesawat Soviet ini.
Awalnya, sekitar 70 jet dipesan dan dikirim antara tahun 1986 dan 1990.
Selama bertahun-tahun, MiG-29 ini telah dimodernisasi secara ekstensif, berkembang menjadi MiG-29UPG, yang sekarang memenuhi persyaratan pertempuran udara kontemporer.
Pada tahun 2009, India memperluas armada MiG-29 dengan memesan varian MiG-29K dan MiG-29KUB untuk angkatan lautnya, yang dirancang untuk operasi dari kapal induk INS Vikramaditya.
Model angkatan laut ini mulai beroperasi pada tahun 2010 dan memainkan peran penting dalam pertahanan maritim.
Jet MiG-29UPG Angkatan Udara India sebagian besar ditempatkan di Pangkalan Angkatan Udara Adampur di Punjab dan Pangkalan Angkatan Udara Jamnagar di Gujarat.
Pangkalan yang diposisikan secara strategis ini membantu menjaga wilayah udara India dari potensi ancaman dari Pakistan dan Tiongkok.
Di sisi lain, MiG-29K dan KUB bermarkas di INS Hansa di Goa, yang beroperasi dari INS Vikramaditya untuk memungkinkan Angkatan Laut India memproyeksikan kekuatannya di Samudra Hindia.
Insiden ini bukanlah insiden yang terisolasi; telah terjadi beberapa kecelakaan serupa yang melibatkan MiG-29 di India, terutama di Angkatan Laut India, yang mengoperasikan varian MiG-29K.
Selama beberapa tahun terakhir, Angkatan Laut telah melaporkan banyak insiden, yang menggarisbawahi tantangan teknis yang sedang berlangsung dengan pesawat tersebut.
Pada bulan Oktober 2022, MiG-29K lainnya jatuh ke Laut Arab selama serangan rutin setelah mengalami kerusakan teknis.
Pilot berhasil melontarkan diri dengan selamat dan kemudian diselamatkan. Ini menandai kecelakaan kelima yang melibatkan MiG-29K dalam empat tahun.
Investigasi biasanya dilakukan setelah insiden tersebut, dengan Dewan Penyelidikan dibentuk untuk menentukan penyebabnya.
Investigasi sebelumnya terhadap kecelakaan serupa telah menyoroti masalah teknis yang melekat dalam armada MiG-29K, yang memicu perdebatan tentang kelangsungan hidup jangka panjang pesawat di Angkatan Laut.
Khususnya, pada November 2020, MiG-29K lainnya jatuh di lepas pantai Goa, dengan investigasi yang mengungkapkan bahwa masalah mesin merupakan faktor penyebabnya.
Demikian pula, pada tahun 2019, MiG-29K berkursi ganda jatuh selama latihan, di mana kedua pilot berhasil melontarkan diri.
Pada November 2020, sebuah MiG-29K jatuh di dekat Goa, menyoroti masalah mesin kritis yang telah mengganggu pesawat tersebut sejak mulai beroperasi.
Kekhawatiran tentang keandalan dan kegagalan mesin telah meningkat.
Angkatan Laut India melaporkan beberapa kejadian di mana MiG-29K menghadapi masalah mesin, yang mengakibatkan pendaratan darurat hanya dengan satu mesin yang berfungsi.
Audit menunjukkan bahwa dari 65 mesin yang diperoleh dari Rusia, hampir 40 harus ditolak atau dilepas karena kerusakan teknis.
Kecelakaan ini melanjutkan tren yang mengkhawatirkan bagi MiG-29K, yang telah menghadapi kritik atas cacat desain, tingkat ketersediaan yang rendah, dan serangkaian masalah operasional termasuk kegagalan mesin, masalah rangka pesawat, dan sistem fly-by-wire yang bermasalah.
Angkatan Laut India, yang frustrasi dengan masalah yang terus-menerus ini, telah mengadvokasi perbaikan dan modifikasi desain untuk mengatasi masalah ini.
Kegagalan mesin umum terjadi tidak hanya dalam penerbangan tempur tetapi juga dalam penerbangan sipil dan komersial.
Minggu lalu, sebuah pesawat komersial Boeing 777X mendarat di Kona, Hawaii, karena retakan pada komponen pemasangan mesin pada salah satu pesawat uji seri tersebut, seperti yang dilaporkan oleh Aerospace Industry.