“Perlunya mengumpulkan pasukan di front lain, Lebanon atau Tepi Barat, juga akan memaksa pasukan keluar dari Gaza dan mengirim mereka ke berbagai tempat pertempuran.”
“Ini karena IDF tidak memiliki cukup banyak pasukan untuk berperang di banyak front.”
Dia menyebut kelak akan tiba waktunya IDF tak bisa lagi berada di Gaza karena Hamas akan sepenuhnya menguasai tanah Palestina itu.
“Baik di terowongan bawah tanah yang membentang ratusan kilometer, dan di atas tanah,” ucap dia.
Menurut eks jenderal itu, jumlah terowongan yang sudah dihancurkan IDF hanyalah beberapa persen dari keseluruhan terowongan.
“Hal yang sama juga berlaku untuk terowongan di bawah koridor Philadelphi dan Netzarim. Hamas menggunakan keduanya untuk mengedarkan senjata dari Sinai ke Gaza sektor utara dan selatan.
Dalam situasi seperti ini, kata Brik, pasukan Israel tak akan bisa mengalahkan dan menghancurkan Hamas.
Akan tetapi, jika Israel berhenti menyerang karena militernya melemah, Hamas bisa menyatakan Israel telah menyerah.
Baca juga: Netanyahu Marah saat Inggris Tangguhkan 30 dari 350 Izin Ekspor Senjata ke Israel
Brik mengklaim solusi untuk permasalahan itu ialah menyepakati perjanjian gencatan senjata dan pembebasan sandera.
“Ini mungkin satu-satunya cara memulangkan sandera. Kita harus menghentikan perang di Gaza.”
Menurut Brik, jika perang di Gaza berakhir, pertempuran Israel-Hizbullah juga akan berhenti.
“Juga mengurangi kemungkinan perang regional multifront yang kita sepenuhnya tidak siap.”
Dia menyebut dalam periode gencatan senjata, Israel bisa membangun ulang militer, ekonomi, dan hubungan internasionalnya.
“Kita akan menggantikan seluruh cabang politik dan militer yang semuanya terlibat dalam kegagalan mengerikan ini.”
Brik mengklaim hal itu adalah satu-satunya solusi karena tidak ada jalan lain.
(Tribunnews/Febri)