Satu sumber menduga penyelundup Suriah mungkin terlibat.
Insiden mematikan seperti ini telah terjadi beberapa kali selama kurun waktu tersebut.
Agustus lalu, enam orang tewas ketika sebuah kapal yang membawa puluhan imigran terbalik.
Isu ini menjadi kendala politik utama bagi pemerintahan Konservatif sebelumnya.
Pemerintahan Konservatif itu dikritik oleh kelompok hak-hak migran karena retorika garis kerasnya terhadap pencari suaka, dan bagi pemerintahan Buruh yang baru.
Kepala misi Prancis untuk Médecins Sans Frontières, Xavier Crombé, menyalahkan kebijakan pemerintah Prancis dan Inggris atas insiden tersebut.
"Kami terkejut dan marah setelah tragedi baru ini di Selat Inggris," tutur Crombé pada Selasa.
"Kematian ini bukan sesuatu yang tak terelakkan, tetapi konsekuensi tragis dari kebijakan migrasi yang tidak manusiawi dan tidak masuk akal," imbuhnya.
Crombé mengatakan bahwa kebijakan saat ini lebih mengutamakan kontrol perbatasan daripada nyawa manusia.
Sehingga membuat perjalanan migran lebih berbahaya dan membahayakan.
(mg/Putri Amalia Dwi Pitasari)
Penulis adalah peserta magang dari Universitas Sebelas Maret (UNS).