TRIBUNNEWS.COM - Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben Gvir kembali menuai kontroversi melalui pernyataannya.
Sosok tokoh sayap kanan Israel ini kembali mengeluarkan pernyataan kontroversial melalui akun media sosial resminya di X, pada Rabu (4/9/2024).
Ben Gvir mengatakan bahwa dirinya saat ini sedang berusaha untuk mengakhiri keterlibatan Israel dalam segala pembicaraan gancatan senjata dengan Hamas.
“Saya sedang berusaha mengakhiri negosiasi dengan Hamas,” tulisnya di X
Pemimpin partai Otzma Yehudit ini menilai perundingan dengan Hamas adalah hal yang sia-sia dilakukan menyusul tewasnya enam sandera Israel di tangan mereka.
“Negara yang membunuh enam sanderanya dengan darah dingin tidak mungkin bisa diajak negosiasi" sindir Ben Gvir kepada Hamas.
Alih-alih menggelar negosiasi, Ben Gvir menilai pemberantasan Hamas adalah cara yang lebih efektif untuk mencapai kedamaian di Israel.
"Mari akhiri perundingan dengan para pembunuh, mari hentikan suplai bahan bakar dan listrik (ke Palestina), lebih baik kita hancurkan saja (Hamas) sampai mereka kolaps.” ungkap Ben Gvir dalam cuitannya tersebut.
Ben Gvir juga menilai negosiasi gencatan senjata bakal menjadi proses yang membuang waktu dan berpotensi menciptakan teror yang lebih banyak.
“Melanjutkan pembicaraan hanya akan memacu Hamas untuk menciptakan lebih banyak teror, termasuk di Yudea dan Samaria,” kata Ben Gvir, merujuk pada nama-nama wilayah di Tepi Barat.
Baca juga: Hari ke-4 Vaksinasi Polio di Gaza, Kampanye Berlanjut ke Rafah, Gaza Utara dan Kota Gaza
Ben Gvir Minta Tahanan Palestina Dibunuh
Sebelum mengutarakan ajakan untuk menghentikan negosiasi dengan Hamas, pada awal bulan ini Ben Gvir juga mengeluarkan pernyataan kontroversial terkait warga Palestina yang mereka tahan.
Dalam sebuah unggahan di X pada Minggu (1/9/2024), Ben-Gvir, menyerukan agar tahanan Palestina yang ditahan oleh militer Israel sebaiknya dibunuh saja.
Seruannya itu disampaikan Ben Gvir menyusul tewasnya tiga petugas polisi dalam serangan penembakan di dekat Hebron, Tepi Barat selatan, Minggu dini hari.
"Hak warga Israel untuk hidup lebih diutamakan daripada kebebasan bergerak penduduk Otoritas Palestina," kata Ben-Gvir saat memeriksa lokasi serangan.