News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Israel Bikin Marah Dua Negara Tetangga, Yordania Bela Mesir Soal Koridor Philadelphia 

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Militer Yordania dan Mesir dalam sebuah latihan militer bertajuk Aqaba 6 pada 22 November 2021. Belakangan, menuver militer Israel di wilayah Palestina membuat Mesir dan Yordania terusik dan meningkatkan ketegangan di perbatasan.

Israel Bikin Marah Dua Negara Tetangga, Yordania Bela Mesir Soal Koridor Philadelphia 

TRIBUNNEWS.COM - Yordania kembali menunjukkan sikap penentangan atas manuver Israel di kawasan yang mereka anggap malah akan memperluas konflik.

Terbaru, Kementerian Luar Negeri dan Ekspatriat Yordania, Selasa (3/9/2024) menolak semua klaim dan pernyataan yang dilontarkan pejabat pendudukan Israel soal alasan agresi militer tentara Israel (IDF) di Jalur Gaza dan Tepi Barat.

Yordania menyebutnya berbagai klaim dan alasan Israel sebagai upaya sia-sia untuk membenarkan agresi terhadap Gaza dan Tepi Barat.

Baca juga: Israel Mau Bentuk Divisi Baru Tentara di Perbatasan Yordania, IDF Dilarang Bepergian ke Dua Negara

"Kementerian Yordania itu juga mengutuk tuduhan tersebut, dan menyebutnya sebagai hasutan yang semakin memperburuk situasi yang sudah berbahaya di wilayah tersebut," kata kementerian tersebut dilansir RNTV, Rabu (4/9/2024).

Seperti diketahui, pejabat keamanan Israel mengatakan kalau operasi militer skala besar yang intensif tidak terhindarkan untuk dilakukan di Gaza dan Tepi Barat mengingat makin besarnya ancaman keamanan terhadap Israel.

Besarnya ancaman ini dinyatakan dalam apa yang disebut Israel sebagai hasil assessment intelijen mereka di Jalur Gaza dan Tepi Barat.

Tank Israel melaju di perbatasan Mesir-Gaza di Koridor Philadelphia. IDF mengambil alih kendali perbatasan, sebuah pelanggaran atas perjanjian damai dengan Mesir. Namun sejauh ini, Mesir hanya bisa berteriak menggertak tanpa aksi nyata ke Israel. (anadolu)

Bela Mesir

Kementerian Luar Negeri Yordania juga menolak pernyataan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengenai Koridor Philadelphia yang menyebut jalur di sepanjang perbatasan Mesir dan wilayah Palestina itu merupakan "jalur kehidupan bagi penyelundupan senjata bagi Hamas".

Yordania menegaskan kalau klaim Netanyahu tersebut tidak berdasar dan ditujukan untuk menghalangi upaya mediasi yang dipimpin oleh Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat untuk mengamankan gencatan senjata permanen di Gaza.

Yordania menegaskan kembali solidaritas dan dukungan terhadap Mesir dalam menghadapi tuduhan Israel tersebut.

"Yordania mendukung sikap Kairo dan meminta pertanggungjawaban pemerintah Israel atas konsekuensi dari klaim tersebut," kata pernyataan kementerian tersebut.

Bersumpah Gunakan Semua Kekuatan untuk Mencegah Pengusiran Warga Palestina di Gaza dan Tepi Barat

Seperti Mesir yang khawatir atas agresi militer Israel di Rafah, Gaza Selatan, Yordania juga menyuarakan kecemasannya atas operasi militer besar-besaran negara pendudukan tersebut di Tepi Barat.

Rafah dan Tepi Barat merupakan zona perbatasan yang sensitif baik bagi Mesir maupun Yordania.

Upaya Israel yang terindikasi mengusir paksa warga Palestina dari rumah-rumah mereka menimbulkan kekhawatiran terjadi pengungsian besar-besaran ke teritorial negara-negara sekitar.

Baca juga: PM Yordania: Pengusiran Warga Palestina dari Gaza Kami Anggap Sebagai Deklarasi Perang

Mesir dan Yordania paling galak menentang Israel soal ini karena masalah pengungsian bisa menimbulkan masalah kestabilan dan keamanan negara masing-masing. 

Guna mencegah pengungsian warga Palestina, Menteri Luar Negeri dan Ekspatriat Yordania, Ayman Safadi, Minggu (1/9/2024) bersumpah kalau Yordania akan menggunakan semua sumber daya yang tersedia untuk melawan segala upaya untuk mengusir warga Palestina dari tanah mereka yang diduduki atau ke luar negeri.

Dalam sebuah posting di X, Safadi mengutuk agresi Israel saat ini terhadap Tepi Barat yang diduduki, menyebutnya sebagai bagian dari rencana yang lebih luas dan didorong oleh ideologi yang berakar pada pandangan ekstrem, rasis, dan eksklusif yang dianut oleh pemerintah Pendudukan Israel.

"Kami menolak pernyataan yang dibuat oleh para menterinya yang ekstremis dan rasis yang mengarang ancaman untuk membenarkan pembunuhan mereka terhadap warga Palestina dan penghancuran sumber daya mereka," kata Safadi.

"Pendudukan Israel atas tanah Palestina, kejahatan Israel terhadap warga Palestina, dan eskalasi oleh Israel di wilayah tersebut merupakan ancaman terbesar bagi keamanan dan perdamaian."

Safadi menegaskan bahwa semua klaim Israel yang digunakan untuk membenarkan tindakannya di Tepi Barat adalah salah.

Ia menolak narasi yang dikemukakan oleh pejabat Israel ekstremis yang mengarang ancaman untuk membenarkan kekerasan mereka terhadap warga Palestina dan penghancuran sumber daya mereka.

Ia menyimpulkan bahwa pendudukan Israel dan kejahatannya terhadap rakyat Palestina, bersama dengan eskalasi regionalnya, menimbulkan ancaman terbesar bagi keamanan dan perdamaian regional.

Menurut Safadi, Yordania berkoordinasi dengan sekutunya untuk mengambil semua tindakan yang mungkin untuk melawan agresi Israel dan mencegah segala upaya untuk menggusur warga Palestina, baik di dalam tanah mereka yang diduduki maupun di luarnya, dengan menggunakan semua cara yang tersedia. 

Tembok perbatasan sepanjang ratusan kilometer dari garis perbatasan Israel dengan Yordania. IDF mempertimbangkan membentuk divisi militer baru di perbatasan dengan Yordania karena meningkatnya ancaman. (khaberni)

Front Tempur Baru di Perbatasan Israel-Yordania

Israel dilaporkan mulai mengkhawatirkan situasi di area dekat perbatasan Israel-Yordania.

Bahkan, militer Israel mempertimbangkan pembentukan divisi baru untuk melindungi area perbatasan di timur.

Pertimbangan itu muncul setelah salah satu tentara Israel tewas ditembak di dekat pemukiman Mehola di Lembah Yordan yang berada di sepanjang Tepi Barat.

IRNA melaporkan Brigade Al-Qassam Hamas sudah mengklaim berada di balik penembakan itu.

Menurut Al-Qassam, para pejuangnya yang berada di Tepi Barat telah menembak tentara itu dalam jarak dekat dan bisa dengan aman kembali ke markas.

Disebutkan bahwa penembakan itu adalah operasi balasan atas serangan Israel di Sekolah Al Tabin di Kota Gaza pada hari Sabtu pekan lalu. Serangan itu menewaskan lebih dari 100 warga Palestina.

Kantor berita Shehab menyebut serangan itu dilakukan pada hari Minggu siang. Targetnya ialah sebuah mobil di dekat pemukiman Mehola.

Al-Qassam menegaskan para pejuangnya di Tepi Barat akan terus mengejar musuh di mana pun hingga mereka bisa mengusir musuh dari tanah Palestina.

Serangan di Lembah Yordan itu memunculkan kekhawatiran bagi aparat keamanan Israel karena ancaman itu tidak datang dari luar.

Ancaman itu muncul di Tepi Barat karena front baru sudah terbentuk untuk melawan rezim Israel.

Situasi di Tepi Barat hingga saat ini tetap tegang sejak perang di Jalur Gaza meletus pada bulan Oktober 2023.

Baca juga: Israel Mau Bentuk Divisi Baru Tentara di Perbatasan Yordania, IDF Dilarang Bepergian ke Dua Negara

Israel hampir tiap hari menyerbu Tepi Barat untuk menindak tegas para pemuda Palestina yang gusar karena Israel menyerang Gaza.

Iran dituding berupaya buka front baru di Lembah Yordan

The Jewish Press, media Yahudi yang berbasis di Amerika Serikat (AS), mengklaim Iran berusaha membuka front baru di perbatasan Israel-Yordania.

Pada hari Senin pekan ini Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz berujar kini muncul situasi berbahaya.

Situasi itu dipicu oleh Iran yang berupaya membuka front baru di perbatasan timur Israel.

Katz menuding Pasukan Garda Revolusioner Islam Iran (IRGC) bekerja sama dengan agen Hamas di Lebanon untuk menyelundupkan senjata dan dana ke Yordan.

Kata dia, senjata kemudian diselundupkan dari Yordania ke seberang perbatasan.

Katz mengklaim Poros Perlawanan Iran kini menguasai kamp pengungsian di Yudea dan Samaria melalui proksi-proksinya.

“Pembangunan tembok pembatas di sepanjang perbatasan dengan Yordani harus dipercepat untuk mencegah penyelundupan senjata dari Yordania ke Israel, yang mengancam rezim Yordania maupun Israel,” ujar Katz.

Sementara itu, Memri mengabarkan bahwa pada minggu lalu Yordania dan Iran saling mengirimkan pesan resmi.

Perdana Menteri Yordania Ayman Al-Safadi berkunjung ke Teheran tanggal 4 Agustus dan bertemu dengan Pj. Menteri Luar Negeri Iran Ali Bagheri Kani.

Baca juga: Raja Abdullah ke Delegasi AS: Yordania Tak Akan Jadi Medan Perang Israel Vs Iran-Poros Perlawanan

Safadi menyebut Raja Yordania Abdullah telah meminta dia untuk menerima undangan kunjungan ke Teheran.

Undangan itu untuk mengakhiri “ketidaksepakatan” di antara kedua negara itu “dengan cara yang akan melayani kepentingan mereka” berdasarkan sikap saling hormat dan tidak campur tangan atas urusan masing-masing.

Media pemerintah Yordania melaporkan Safadi sudah berkata kepada Iran bahwa Yordania akan menangkis senjata apa pun yang melewati langitnya.

Saat Iran melancarkan serangan udara ke Israel pada bulan April, Yordania menangkis pesawat nirawak Iran.

Adapun ketika diwawancarai Al Arabiya tanggal 10 Agustus lalu, Safadi menyebut Yordania tak akan menjadi “arena untuk Iran dan Israel”.

Negara Arab dan Turki Mau Hentikan Kejahatan Israel

Manuver Israel yang meningkatkan ketegangan geopolitik di kawasan Timur Tengah juga menjadi negara-negara Arab.

Dilaporkan, Arab Saudi, Mesir, dan Turki membahas penghentian kejahatan Israel.

Putra Mahkota Saudi Mohammed Bin Salman mengadakan pembicaraan dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Mesir Abdel Fattah Al-Sisi kemarin dan membahas situasi di Palestina dan perkembangan di kawasan tersebut.

Selama panggilan teleponnya dengan Erdogan, Bin Salman menekankan "keinginan kerajaan untuk menyatukan upaya Arab dan Islam untuk mendukung saudara-saudara Palestina dalam menghadapi agresi brutal yang dilakukan oleh pasukan pendudukan Israel," menurut Saudi Press Agency ( SPA ).

Ia juga menekankan perlunya mengintensifkan upaya untuk menghentikan serangan dan pelanggaran Israel yang sedang berlangsung terhadap warga Palestina.

Presidensi Turki mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa panggilan tersebut membahas “kejahatan genosida yang dilakukan oleh Israel di wilayah Palestina, serta masalah regional dan internasional.”

Erdogan menekankan “pentingnya masyarakat internasional meningkatkan tekanan terhadap Israel terkait kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukannya di wilayah Palestina, khususnya di Gaza.”

Bin Salman menekankan selama panggilan tersebut “perlunya mengerahkan semua upaya Arab dan Islam untuk menghentikan eskalasi dan pelanggaran Israel yang sedang berlangsung terhadap rakyat Palestina.”

Agresi Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza telah menewaskan sekitar 40.690 warga Palestina dan melukai lebih dari 94.000 orang, lebih dari separuhnya adalah anak-anak dan wanita.

(oln/rntv/Memo/*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini