News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pilpres Amerika Serikat

Jaringan Disinformasi Rusia Terbongkar, DOJ Tindak Keras Upaya Campur Tangan Pemilu AS 2024

Penulis: tribunsolo
Editor: Tiara Shelavie
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

(FILE) Presiden AS Joe Biden melambaikan tangan saat meninggalkan gedung setelah berpidato dalam konferensi pers pada penutupan KTT NATO ke-75 di Walter E. Washington Convention Center di Washington, DC pada 11 Juli 2024.

TRIBUNNEWS.COM - Jaksa Agung Amerika Serikat (AS), Merrick Garland, mengumumkan tindakan keras terhadap upaya pemerintah Rusia untuk memengaruhi pemilu 2024 melalui jaringan disinformasi rahasia.

Selama berbulan-bulan, pemerintahan Joe Biden telah memperingatkan tentang upaya Rusia untuk menyebarkan disinformasi dan propaganda guna merusak kepercayaan publik terhadap proses pemilu di Amerika Serikat.

Dalam pertemuan di Departemen Kehakiman (DOJ), Garland dan Direktur FBI Christopher Wray menyoroti upaya dalam dan luar negeri yang mengancam integritas pemilu.

"Departemen Kehakiman tidak akan menoleransi rezim otoriter yang mencoba mengeksploitasi kebebasan kita untuk tujuan propaganda mereka," kata Garland, dikutip dari ABC News, Kamis (5/9/2024).

Garland mengungkapkan bahwa investigasi terhadap ancaman ini masih berlangsung.

Ia menambahkan bahwa Rusia menggunakan teknik baru seperti kecerdasan buatan dan bot farm dalam skala yang lebih besar, menjadikannya ancaman yang lebih serius daripada sebelumnya.

Selain itu, Departemen Kehakiman mengumumkan kampanye disinformasi Rusia yang dikenal sebagai "Doppelganger," dan telah menyita 32 domain internet yang digunakan untuk menyebarkan propaganda Rusia guna memengaruhi pemilih Amerika dan mengurangi dukungan internasional bagi Ukraina.

Tindakan ini menyoroti komitmen Departemen Kehakiman untuk melindungi integritas pemilu AS dari ancaman luar.

Garland menekankan bahwa pejabat dan administrator pemilu akan terus mendapat dukungan penuh dari satuan tugas yang didedikasikan untuk mengatasi ancaman ini.

Departemen Kehakiman menuduh dua karyawan Russia Today (RT), Kostiantyn Kalashnikov dan Elena Afanasyeva, menjalankan skema senilai hampir $10 juta untuk mendanai perusahaan yang berbasis di Tennessee guna menyebarkan konten pro-Rusia.

Kedua karyawan tersebut diduga mengontrak influencer media sosial untuk memperkuat propaganda Rusia tanpa mengungkapkan hubungan mereka dengan RT atau pemerintah Rusia.

Baca juga: Ikut Serta dalam Kampanye Kamala Harris, Joe Biden Sampaikan Aspirasi Pro-Buruh

Perusahaan tersebut, yang diidentifikasi sebagai "Perusahaan AS-1" dalam dakwaan, diduga adalah Tenet Media.

Para pejabat juga mengungkapkan bahwa entitas Rusia membuat situs web palsu untuk lebih jauh memengaruhi pemilu.

"RT telah menggunakan individu yang tinggal dan bekerja di AS untuk memfasilitasi kontrak dengan tokoh media Amerika, menyebarkan propaganda Rusia yang dipromosikan sebagai berita independen," kata Wray.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini