News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Di Tengah Vaksinasi Polio di Gaza, Israel Lakukan Serangan Membabi Buta, 61 Orang Tewas dalam 48 Jam

Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Nanda Lusiana Saputri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pengeboman Israel di Jalur Gaza tepat saat media melaporkan situasi perkembangan pertempuran di sana.

TRIBUNNEWS.COM - Israel kembali melakukan serangan mematikannya di wilayah Gaza, Palestina.

Setidaknya 61 orang dilaporkan tewas dalam kurun waktu 48 jam ketika Israel melakukan serangan udara.

Serangan udara Israel pada Sabtu (7/9/2024) kemarin menargetkan dua bekas sekolah yang menampung pengungsi, satu di Kota Gaza dan satunya di Jabalia.

Dikutip dari Reuters, dalam serangan tersebut setidaknya 12 orang dilaporkan tewas.

Sementara lima orang lainnya tewas dalam serangan terhadap sebuah rumah di Kota Gaza, dengan total 28 orang tewas pada hari Sabtu.

Militer Israel mengatakan serangan itu menargetkan orang-orang bersenjata Hamas yang beroperasi di kompleks tersebut.

Serangan Israel ini terjadi ketika PBB tengah melakukan vaksinasi polio di wilayah kantong tersebut.

PBB telah menjalankan kampanye untuk memvaksinasi 640.000 anak di Gaza setelah kasus polio pertama dalam sekitar 25 tahun.

Pejabat PBB mengatakan mereka telah membuat kemajuan, setelah menjangkau lebih dari separuh anak-anak yang membutuhkan bantuan pada dua tahap pertama di Jalur Gaza bagian selatan dan tengah.

Pada hari Minggu, kampanye akan dilanjutkan ke Jalur Gaza utara.

Vaksinasi tahap kedua akan dilakukan empat minggu setelah tahap pertama.

Baca juga: Bocoran Adegan Video dari Penjara Megiddo Israel: Tahanan Palestina Dianiaya Pakai Anjing

Usaha AS dan Inggris untuk Capai Gencatan Senjata

Bos badan intelijen Amerika Serikat (AS) dan Inggris mengatakan pada hari Sabtu, mereka "terus bekerja tanpa henti" untuk mencapai gencatan senjata di Gaza.

Direktur CIA, William Burns dan Kepala MI6, Richard Moore mengatakan, badan intelijen mereka telah memanfaatkan saluran intelijen untuk menekan keras upaya pengekangan dan de-eskalasi.

Burns mengatakan proposal gencatan senjata penyanderaan baru sedang diselesaikan, dan kemungkinan akan diajukan dalam beberapa hari.

Namun, Burns menekankan, mengakhiri konflik akan membutuhkan "beberapa pilihan sulit dan beberapa kompromi politik" dari Israel dan Hamas.

Kedua bos mata-mata itu mengatakan, gencatan senjata dalam perang Israel-Hamas bisa mengakhiri penderitaan dan hilangnya nyawa warga sipil Palestina yang mengerikan.

Serta, kata mereka, bisa membawa pulang para sandera setelah dikurung selama 11 bulan.

Dikutip dari Times of Israel, Burns sangat terlibat dalam upaya menengahi diakhirinya pertempuran.

Baca juga: AS Bersiap Hadapi Gagalnya Perundingan, Eks-Bos Shin Bet: Israel Tak Penuhi Syarat Perang Panjang

Dirinya melakukan perjalanan ke Mesir pada bulan Agustus untuk melakukan pembicaraan tingkat tinggi yang bertujuan mencapai kesepakatan penyanderaan dan setidaknya penghentian sementara konflik.

Sejauh ini belum ada kesepakatan, meskipun pejabat Amerika Serikat bersikeras kesepakatan sudah dekat.

Presiden AS, Joe Biden baru-baru ini mengatakan, "hanya beberapa masalah lagi" yang belum terselesaikan.

Namun, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan laporan tentang terobosan itu tidak akurat, bahwa tidak ada kesepakatan yang dekat, dan bahwa Hamas telah "menolak segalanya".

Pada acara Financial Times di London bersama Moore pada hari Sabtu, Burns mengatakan, proposal yang lebih rinci untuk kesepakatan akan dibuat dalam beberapa hari mendatang tetapi akan mengharuskan kedua belah pihak untuk membuat beberapa keputusan yang sulit.

Direktur Badan Intelijen Pusat William Burns mendengarkan selama sidang dengan Komite Intelijen DPR (Terpilih) di Gedung Kantor Cannon pada 12 Maret 2024, di Washington, DC. Anna Moneymaker/Getty Images (Anna Moneymaker/Getty Images)

Burns mengatakan, ia tengah bekerja keras menyusun "teks dan formula kreatif" dengan mediator Qatar dan Mesir untuk mengamankan gencatan senjata, dengan menemukan proposal yang memuaskan kedua belah pihak.

"Kami akan mengajukan proposal yang lebih rinci, saya harap dalam beberapa hari ke depan, dan kemudian kita lihat saja," kata Burns.

Namun, ia menambahkan, pada akhirnya ini adalah masalah kemauan politik.

"Sekeras apa pun kita akan bekerja untuk menyusun teks dan rumus kreatif guna menemukan proposal yang cukup baik, dan mudah-mudahan itu akan terjadi dalam beberapa hari mendatang, ini pada akhirnya adalah masalah kemauan politik: Apakah para pemimpin di kedua belah pihak siap atau tidak untuk mengakui bahwa sudah cukup dan bahwa akhirnya saatnya telah tiba untuk membuat beberapa pilihan sulit dan beberapa kompromi yang sulit," ungkapnya.

"Saya tidak bisa memberi tahu seberapa dekatnya kita saat ini," lanjut Burns.

Baca juga: Soal Target Perang Israel, Direktur Intelijen Inggris MI6: Hamas Itu Gagasan yang Tak Bisa Dibunuh

Ia mengatakan, meskipun 90 persen teks telah disetujui oleh pihak-pihak yang bertikai, “10 persen terakhir adalah 10 persen terakhir, karena ada alasannya, yakni bagian itu merupakan bagian yang tersulit untuk dilakukan”.

Selain itu, Moore mengatakan ia yakin Iran masih berencana untuk membalas pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh, yang terjadi di Teheran pada akhir Juli dan yang Iran salahkan pada Israel.

"Saya menduga mereka akan mencoba dan kami tidak akan bisa lengah terhadap jenis aktivitas yang mungkin akan dicoba dan dituntut oleh Iran ke arah itu," kata Moore.

(Tribunnews.com/Whiesa)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini