"Gaza adalah persoalan besar dalam pemilu [Inggris]. Seperempat pemilih Green menyebut hal itu sebagai alasan mereka memilih Green," ujar Chris William yang menjadi juru kampanye Green pada Jumat (6/9/2024).
Sejak 17 Oktober 2023, Green sudah menyuarakan gencatan senjata di Gaza. Pandangan Green itu berkebalikan dengan Partai Buruh yang awalnya mendukung invasi Israel di Gaza.
Sekretaris Muslim Greens, Aasiya Bora, menyebut partainya telah membuat sejarah baru dengan mengeluarkan mosi di atas.
"Greens untuk Palestina, terdiri atas orang-orang bersemangat dari seluruh Partai Green, yang tanpa kenal lelah telah mengupayakan ini," ucap Bora.
Sementara itu, salah satu legislator Partai Green, Adrian Ramsay, menyindir pemerintahan Partai Buruh di Inggris.
Ramsay menyebut keputusan pemerintah hanya menghentikan sebagian pengiriman senjata ke Israel sebagai tindakan setengah hati.
Baca juga: Netanyahu Menyebut Tidak ada Kesepakatan Gencatan Senjata yang Sedang Dibuat
Pekan lalu pemerintah Inggris mengumumkan penghentian 30 dari 350 ekspor senjata ke negara Zionis.
Wakil Ketua Partai Green, Zack Polanski, mengatakan perdamaian hanya bisa terjadi jika pemerintah berhenti terlibat dalam tindakan kekerasan.
"Kita harus menghentikan pengiriman senjata ke Israel dan ke semua negara yang melanggar hukum internasional," kata Polanski.
Dikutip dari Reuters, ekspor senjata dari Inggris hanya menyumbang kurang dari 1 persen dari seluruh senjata yang diterima Israel.
Menteri Luar Negeri Inggris, David Lammy, pada Senin (2/9/2024), mengatakan penghentian pengiriman senjata itu tak akan berdampak besar bagi keamanan Israel.
Lammy menyebut Inggris terus mendukung hak Israel untuk membela diri.
"Tentu saja kami mengakui perlunya Israel membela diri untuk melawan ancaman keamanan, tetapi kami sangat khawatir dengan metode yang digunakan Israel, dan laporan korban sipil dan hancurnya infrastruktur sipil," kata Lammy.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Israel Katz mengatakan keputusan Inggris menghentikan ekspor senjata adalah hal yang mengecewakan.
Menurut Katz, keputusan itu "mengirim pesan yang sangat problematik" kepada Hamas di Gaza.
(Tribunnews/Febri)