Akhir bulan lalu, seorang reporter Times of Israel mengamati doa terbuka di Masjid Al-Aqsa.
Baca juga: 2 Menteri Israel Dianggap Jadi Biang Kerok Ketegangan di Tepi Barat, Disebut Provokator
Reporter itu mendengar dari para aktivis di tempat suci itu, kedatangan orang-orang Yahudi untuk berdoa sekarang menjadi masalah rutin dan diizinkan oleh polisi setiap hari.
Menteri Keamanan Nasional, Itamar Ben-Gvir, yang juga Kepala Partai Otzma Yehudit, telah mempublikasikan beberapa kunjungan ke Masjid Al-Aqsa sejak menjabat pada Desember 2022.
Ben-Gvir berulang kali menyatakan dalam beberapa pekan dan bulan terakhir, kebijakannya adalah mengizinkan doa orang Yahudi.
Ia telah menolak desakan berulang Netanyahu, yang menyatakan status quo yang telah berlangsung puluhan tahun tetap berlaku.
Pernyataan Netanyahu pada Minggu itu, juga muncul setelah kepala keamanan dilaporkan memperingatkan para pemimpin politik, kemarahan Palestina atas masalah Masjid Al-Aqsa dapat memicu eskalasi kekerasan besar di Tepi Barat dan Yerusalem.
Masjid Al-Aqsa diketahui merupakan tempat ketiga tersuci dalam agama Islam.
Konflik Internal Israel Pasca-Pernyataan Ben-Gvir
Sebelumnya, surat kabar Israel Hayom melaporkan terjadi "badai politik" di kalangan pejabat Israel pasca-pernyataan Itamar Ben-Gvir, pada akhir Agustus 2024.
Diketahui, dalam wawancaranya Senin (26/8/2024) pagi bersama Radio Angkatan Darat Israel, Ben-Gvir mengklaim "akan mendirikan sinagoga di Masjid Al-Aqsa."
Menyusul pernyataan tersebut, pejabat Israel ramai-ramai mengecam keras Ben-Gvir.
Baca juga: 12 Kapal Israel Jadi Sasaran Iran, Panglima Tertinggi IRGC: Ini adalah Serangan Balasan
Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, mengatakan pernyataan Ben-Gvir sebagai "tindakan berbahaya, tidak perlu, dan tidak bertanggung jawab."
"Tindakan Ben-Gvir membahayakan keamanan nasional Israel dan status internasionalnya," kata Gallant di X.
"Tindakan yang dilakukan oleh pasukan Israel kemarin untuk mencegah serangan Hizbullah telah memperkuat negara kita, tapi pernyataan Ben-Gvir justru sebaliknya," imbuh dia.
Sementara itu, Pemimpin Oposisi, Yair Lapid, menyebut Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, tidak mampu mengendalikan pemerintahannya, merujuk pada pernyataan Ben-Gvir.