TRIBUNNEWS.COM -- Invasi militer Ukraina di Kursk ternyata telah lama direncanakan oleh Presiden Volodymyr Zelensky.
Mantan Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Ukraina Valeriy Zaluzhny mengatakan, rencana besar tapi sangat berisiko itu telah diungkapkan oleh Zelensky sejak ia menjabat sebagai panglima.
Dikutip dari media Barat, Politico, Zelensky sempat mengucapkan rencana tersebut pada Zaluzhny.
Baca juga: Rusia Bombardir Sumy, Pasukan Ukraina Terperangkap di Kursk
Namun sebagai panglima yang harus mengayomi pasukannya, ia pun menanyakan apa tindakan yang mesti dilakukan selanjutnya jika mereka berhasil menerobos ke wilayah Rusia.
Namun Zelensky tidak pernah memberi jawaban yang jelas kepada Zaluzhny. Padahal menurut panglima saat itu, tindakan tersebut merupakan pertaruhan besar terhadap nyawa pasukannya.
Hingga akhirnya pada Februari 2024, sang panglima dicopot dan digantikan oleh Jenderal Oleksandr Syrsky, invasi tersebut tidak terlaksana.
Nasib sama juga dialami oleh komandan brigade serangan udara ke-80, Emil Ishkulov. Ia diberhentikan dari jabatannya setelah menentang rencana tersebut.
Media menulis bahwa alasan pemecatannya adalah karena dia "menentang tugas yang tidak sesuai dengan ukuran brigade.
Politico menyebutkan, sumber yang mengetahui menginformasikan bahwa Ishkulov menolak operasi Kursk, karena khawatir brigadenya akan menjadi terlalu rentan di wilayah Rusia dan korban jiwa akan meningkat tajam.
Baca juga: Kiev Telah Kehilangan 11.420 Serdadu di Kursk, Rusia Siap Netralkan Wilayahnya dari Pasukan Ukraina
Kini perkiraan para jenderal yang terbuang tersebut menjadi benar. Setelah sebagian pasukan Ukraina ada di Kursk, Rusia dengan cepat merambat ke barat Donbass.
Pokrovsk sebagai markas terbesar dan pusat logistik Ukraina timur pun terancam, karena sejumlah kota di sekitar kota itu telah dikuasai pasukan Vladimir Putin.
Politico menyebutkan, bahwa kini sebagian pasukan Kiev di Kursk kembali ditarik oleh Jenderal Oleksandr Syrsky untuk memperkuat Pokrovsk.
Sebagian pasukan Kiev di Kursk sekarang difokuskan untuk bertahan di wilayah jembatan Kursk.
Sementara media Rusia TASS melaporkan bahwa operasi Kursk Ukraina, meski sempat menyulitkan tapi kini menjadi keuntungan bagi Rusia.
Kementerian Pertahanan Rusia menyebutkan bahwa kerugian Kiev secara keseluruhan di Wilayah Kursk mencapai lebih dari 14.200 tentara dan 119 tank.
"Militer Rusia kini sedang melakukan pembersihan tentara Ukraina di Kursk," tulis Kemenhan Rusia.
Untuk itu, Rusia melakukan serangan ke Kursk melalui angkatan daratnya yang merebut sejumlah desa di dekat Kota Zudzha dan mengebomi wilayah yang diyakini menjadi konsentrasi tentara Ukraina.
Pada Selasa (17/8/2024) Kemenhan Rusia melaporkan terus melanjutkan serangan di dekat permukiman Petrovka, Shcherbinovka, Dzerzhinsk, Nelepovka, Dmitrov, Krasnoarmeisk, Grodovka, Gnatovka, Selidovo, Lesovka, dan Ukrainsk di Republik Rakyat Donetsk (DPR).
Tiga jembatan di sekitar Krasnoarmeisk, yang telah digunakan oleh pasukan Ukraina sebagai rute strategis yang menjadikan kota tersebut sebagai pusat logistik penting telah dihancurkan.