TRIBUNNEWS.COM - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Antony Blinken, mengungkapkan rasa frustrasinya atas eskalasi yang mengejutkan dari Israel.
Pasalnya, Israel diduga sebagai dalang ledakan pager Hizbullah di Lebanon pada Selasa (17/9/2024).
Menurut Antony Blinken, peristiwa itu mengancam akan menggagalkan upaya untuk menengahi gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Gaza.
Ia mengatakan, AS masih menilai ledakan pager yang mematikan terkait Israel di Lebanon itu.
Amerika Serikat dan mitra internasionalnya, termasuk Mesir, tengah berupaya menengahi gencatan senjata dalam perang yang telah berlangsung hampir setahun antara Israel dan Hamas di Gaza.
"Berkali-kali ketika AS dan mediator internasional lainnya yakin bahwa mereka membuat kemajuan dalam kesepakatan gencatan senjata untuk perang Israel dan Hamas di Gaza, kami telah melihat sebuah peristiwa yang membuat prosesnya lebih sulit, mungkin menggagalkannya," kata Blinken, Rabu (18/9/2024), dikutip dari AP News.
Hal ini disampaikan Blinken dalam menjawab pertanyaan tentang ledakan hari sebelumnya di Lebanon.
Blinken juga mengulangi pernyataan pemerintah bahwa AS masih mengumpulkan informasi tentang keadaan serangan pager, dan menolak berkomentar lebih spesifik tentang hal itu.
Hizbullah Tuduh Israel
Serangan bom yang menggunakan pager pribadi yang digunakan oleh anggota kelompok militan Hizbullah di Lebanon menewaskan sebanyak 12 orang, termasuk seorang anak.
Israel belum berbicara secara terbuka mengenai apakah mereka bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Baca juga: Hizbullah Balas Insiden Ledakan Pager di Lebanon, Tembakkan Roket ke Posisi Artileri Israel
Dilansir The Guardian, Hizbullah menuduh Israel berada di balik ledakan pager itu.
Mereka mengatakan bahwa Israel akan menerima "hukuman yang adil".
Sementara itu, Israel sedang melakukan "investigasi keamanan dan ilmiah" terhadap penyebab ledakan tersebut.
Sebagai informasi, ledakan itu tampaknya memanfaatkan pager berteknologi rendah yang digunakan Hizbullah untuk mencegah pembunuhan terarah terhadap anggotanya, yang dapat dilacak melalui sinyal telepon seluler.
Pager yang meledak tersebut tampaknya diperoleh Hizbullah setelah pemimpin kelompok itu memerintahkan anggotanya pada bulan Februari untuk berhenti menggunakan ponsel, dengan peringatan bahwa mereka dapat dilacak oleh intelijen Israel.
Seorang pejabat Hizbullah mengatakan kepada The Associated Press bahwa pager itu adalah merek baru, tetapi menolak untuk mengatakan sudah berapa lama mereka menggunakannya.
Mereka yang terluka dalam serangan itu termasuk duta besar Iran untuk Beirut, Mojtaba Amani, menurut laporan.
Sebuah sumber Hizbullah mengatakan, mereka yakin serangan itu merupakan respons terhadap dugaan upaya pembunuhan oleh milisi Syiah terhadap mantan pejabat tinggi pertahanan Israel, yang diungkap pada hari Selasa oleh badan keamanan Shin Bet Israel.
Setelah ledakan pager terjadi, rumah sakit di seluruh Lebanon kewalahan dengan masuknya pasien.
Sebuah rumah sakit lapangan didirikan di kota selatan Tyre untuk menampung warga yang terluka.
Baca juga: Tak Hanya Meledak di Lebanon, Pager Juga Meledak di Ibu Kota Suriah, 10 Orang Terluka
Suara sirene ambulans terus terdengar di ibu kota Lebanon lebih dari tiga jam setelah serangan awal.
Serangan itu, terjadi beberapa jam setelah Israel mengumumkan akan memperluas tujuannya dalam perang yang dipicu oleh serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 untuk mencakup pertempuran melawan Hizbullah di sepanjang perbatasan dengan Lebanon.
Update Perang Israel-Hamas
Diberitakan Al Jazeera, Hizbullah telah berjanji untuk melanjutkan “operasi yang diberkahi untuk mendukung Gaza, rakyatnya, dan perlawanannya”, meskipun terjadi ledakan pager yang menewaskan sedikitnya sembilan orang dan melukai 2.750 lainnya di Lebanon dan Suriah.
Kelompok bersenjata Lebanon mengatakan mereka menganggap Israel "bertanggung jawab penuh" atas serangan yang menyebabkan sedikitnya 200 orang dalam kondisi kritis.
Israel menolak berkomentar mengenai ledakan tersebut.
Di Jalur Gaza, delapan warga Palestina tewas dan 80 lainnya dikhawatirkan tewas tertimpa reruntuhan setelah serangan Israel di kamp pengungsi Bureij.
Petugas medis mengatakan, sebanyak 22 orang tewas dalam serangan Israel di seluruh wilayah itu pada hari Selasa.
Yordania menawarkan bantuan medis untuk merawat ribuan orang yang terluka dalam “pemboman massal” hari Selasa, sementara Kataib Hezbollah Irak menawarkan untuk mengirim pejuang dan peralatan untuk mendukung kelompok bersenjata Lebanon.
Baca juga: Konflik Panjang Hizbullah vs Israel: Bermula dari Pendudukan di Lebanon Selatan hingga Operasi Pager
Gold Apollo Taiwan membantah membuat pager yang digunakan dalam ledakan di Lebanon dan mengatakan bahwa perangkat tersebut dibuat oleh perusahaan di Eropa yang memiliki hak untuk menggunakan mereknya.
Di Jalur Gaza, empat tentara Israel tewas dalam serangan bom di Rafah.
Sementara di Tepi Barat yang diduduki, pasukan Israel melanjutkan kampanye serangan malam hari di seluruh wilayah tersebut, menyerang kru ambulans di kota Nablus.
Amerika Serikat (AS) mengonfirmasi, Houthi Yaman menjatuhkan dua drone MQ-9 Reaper minggu lalu.
Setidaknya 41.252 orang tewas dan 95.497 orang terluka dalam perang Israel di Gaza.
Di Israel, jumlah korban tewas dalam serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober sedikitnya 1.139 orang sementara lebih dari 200 orang ditawan.
(Tribunnews.com/Nuryanti)