TRIBUNNEWS.COM – Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant menyatakan kesiapannya memulai fase baru perang, dengan fokus melawan Hizbullah.
Pernyataan itu diungkap Gallant bersamaan setelah Lebanon diguncang rentetan bom mematikan yang menyerang alat komunikasi pager hingga walkie-talkie milik Hizbullah.
Dalam keterangan resminya Gallant tidak menyinggung apakah negaranya merupakan dalang dibalik ledakan misterius itu.
Ia hanya menegaskan bahwa Israel bersiap memulai "era baru" dalam perang, bahkan sejumlah pasukan tengah dialihkan ke garis depan utara.
“Setelah berbulan-bulan perang di Gaza, pusat gravitasi bergeser ke utara dengan mengalihkan sumber daya dan kekuatan untuk melawan Lebanon,” jelas Gallant, melansir dari Sky News.
“Saat ini kami berada di awal babak baru perang ini yang memerlukan keberanian, tekad, dan kegigihan," imbuhnya.
Kesiapan perang diungkap Gallant sebagai upaya untuk mengembalikan warga Israel dengan aman ke rumah mereka di wilayah Israel Utara.
Meski menunjuk Hizbullah di Lebanon sebagai target perang baru, namun Gallant mengatakan militernya tidak melupakan tujuan perang di Gaza.
Diketahui meski serangannya di Gaza sudah memakan korban jiwa lebih dari 41.000 lebih warga hingga mengundang banyak kecaman termasuk dewan PBB.
Akan tetapi Israel sampai saat ini belum menyetujui gencatan senjata dengan Hamas, yang digodok bersama Amerika Serikat (AS), Mesir dan Qatar.
Baca juga: Datangi Pangkalan Udara Ramat David, Menteri Keamanan Israel: Fokus Perang Kini ke Hizbullah
Ledakan Bom Guncang Lebanon
Sebelum Gallant menyatakan kesiapannya memulai fase baru perang dengan fokus melawan Hizbullah, Lebanon dihebohkan dengan rentetan ledakan bom yang menargetkan Hizbullah dan warga sipil Lebanon yang menggunakan pager genggam.
Masih belum jelas saat ini bagaimana perangkat komunikasi yang digunakan di Lebanon itu direkayasa agar meledak.
Pasukan keamanan internal Lebanon mengatakan, sejumlah perangkat komunikasi nirkabel diledakkan di seluruh Lebanon, terutama di pinggiran selatan Beirut, benteng Hizbullah.
Adapun pager yang meledak adalah model terbaru yang dibawa oleh Hizbullah dalam beberapa bulan terakhir, kata tiga sumber keamanan.
Menurut laporan Menteri Kesehatan Lebanon Firass Abiad serangan siber tersebut setidaknya telah menewaskan 9 orang.
Sementara 2.750 orang mengalami luka-luka, termasuk diantaranya lebih dari 200 orang yang terluka berada dalam kondisi kritis.
Sehari pasca teror bom pager terjadi, rentetan ledakan kembali terjadi di seluruh Lebanon, bersumber dari perangkat komunikasi lain yakni walkie-talkie.
Dikutip Al Jazeera, Kantor Berita Nasional Lebanon melaporkan perangkat komunikasi walkie-talkie meledak di markas Hizbullah di Beirut timur dan selatan serta di wilayah timur Bekaa.
Insiden ini menewaskan 20 orang dan melukai 450 orang lainnya.
Salah satu saksi mata dari Al Jazeera di Tyre, Lebanon selatan, Ali Hashem, yang menyaksikan ledakan menuturkan bahwa ledakan terjadi secara bersamaan.
"Ada sebuah mobil yang meledak tepat di belakang kami. Pada saat yang sama, ada ledakan di tempat lain [dekat sini]. Saya saat ini berada di tengah jalan. Ada banyak ambulans, kekacauan di mana-mana," kata Hashem.
"Tapi kali ini, sebagian besar yang meledak adalah walkie-talkie atau radio," tambahnya.
Israel Jadi Dalang Utama
Militan sayap Kanan Lebanon, Hizbullah menuding Israel sebagai dalang utama rentetan ledakan pager yang terjadi di Lebanon dan Suriah.
Tudingan ini dilontarkan Hizbullah setelah ribuan perangkat komunikasi pager genggam di Lebanon mengalami peretasan siber hingga secara mengejutkan meledak serentak.
"Kami menganggap musuh Israel sepenuhnya bertanggung jawab atas serangan kriminal ini yang menyebabkan beberapa orang menjadi martir (tewas), berdampak pada warga sipil, dan melukai banyak orang dengan berbagai jenis luka," kata kelompok militan Lebanon itu.
Lebih lanjut, Hizbullah bersumpah akan membalas serangan Israel tersebut.
"Musuh kriminal dan pengkhianat ini pasti akan menerima hukuman yang adil atas serangan berdosa ini, baik dengan cara yang diharapkan maupun tidak diharapkan," tegas Hizbullah dalam siaran resminya.
Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati turut mengecam serangan itu, menganggap tindakan yang dilakukan Israel sebagai pelanggaran serius.
“Serangan itu merupakan agresi kriminal Israel, yang merupakan pelanggaran serius terhadap kedaulatan Lebanon dan kejahatan menurut semua standar," jelas Mikati melansir kantor berita NNA yang dikelola pemerintah lokal.
Sementara itu Menteri Informasi Ziad Makary mengatakan dalam sebuah konferensi pers di Beirut bahwa pemerintah Lebanon telah menghubungi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan negara-negara terkait untuk meminta pertanggungjawaban Israel atas kejahatan yang terus berlanjut ini.
(Tribun News / Namira Yunia)