TRIBUNNEWS.COM - Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengaku angkatan udaranya menyerang sekitar 100 peluncur dan lokasi infrastruktur militer di Lebanon selatan hanya dalam kurun waktu dua jam.
Menurut Kantor Berita Nasional milik pemerintah Lebanon, Israel melakukan sedikitnya 52 serangan di selatan Lebanon antara pukul 21.00 dan pukul 22.00 malam waktu setempat.
Dilaporkan oleh TASS, mengutip layanan pers IDF, situs peluncuran yang menjadi sasaran memiliki sekitar 1.000 amunisi yang siap digunakan melawan Israel dalam waktu dekat.
Serangan tersebut diarahkan oleh unit intelijen IDF dan Komando Utara IDF.
Lokasi target serangan Israel tidak disebutkan oleh layanan pers.
"IDF akan terus beroperasi untuk melemahkan infrastruktur dan kemampuan organisasi teroris Hizbullah," kata militer Israel dalam sebuah pernyataan.
Dikutip CNN, setiap peluncur roket terdiri dari senjata multi-laras yang dapat menembakkan roket tanpa kendali.
Kelompok Hizbullah yang didukung Iran pada hari Kamis (19/9/2024) sebelumnya mengatakan pihaknya melancarkan sedikitnya 17 serangan terhadap lokasi militer di Israel utara.
Militer Israel telah merilis instruksi bagi masyarakat di beberapa daerah di Israel utara, mendesak warga sipil untuk meminimalkan pergerakan di daerah tersebut guna menghindari pertemuan dan tetap dekat dengan tempat perlindungan.
Eskalasi terbaru ini terjadi setelah kepala Hizbullah Hassan Nasrallah mengisyaratkan pembalasan terhadap Israel atas ledakan pager dan walkie-talkie mematikan minggu ini yang menargetkan anggota Hizbullah.
Pidato yang sangat dinantikan oleh pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah dipandang di sini sebagai sesuatu yang sangat diharapkan oleh banyak orang.
Ledakan Pager di Lebanon
Pihak berwenang memeriksa pendiri Gold Apollo, perusahaan Taiwan yang terkait dengan ledakan pager di Lebanon dan Suriah pada Selasa (17/9/2024), dalam operasi mata-mata Israel yang menargetkan anggota Hizbullah.
Baca juga: 9 Fakta Ledakan Walkie-Talkie Hizbullah di Lebanon, Baru Dibeli 5 Bulan Lalu
Dikutip dari Al Jazeera, Hsu Ching-kuang menolak menjawab pertanyaan saat meninggalkan kantor kejaksaan Taiwan di Taipei pada Kamis malam.
Ia mengatakan kepada wartawan awal minggu ini bahwa Gold Apollo tidak memproduksi pager yang dimaksud, dan pager tersebut dibuat oleh perusahaan Hungaria BAC, yang telah melisensikan desain dan mereknya.
Orang kedua yang terlihat meninggalkan kantor kejaksaan pada Kamis adalah Teresa Wu, satu-satunya karyawan di sebuah perusahaan bernama Apollo Systems Ltd yang menurut Hsu awal pekan ini telah menjadi salah satu titik kontaknya untuk kesepakatan dengan BAC.
The New York Times melaporkan pada Rabu, BAC adalah bagian dari jaringan perusahaan cangkang Israel yang dibuat untuk mengaburkan hubungan dengan intelijen Israel.
Pihak berwenang Taiwan belum mengeluarkan pernyataan mengenai penyelidikan mereka terhadap Gold Apollo.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)