TRIBUNNEWS.COM - Mantan kepala dinas mata-mata Mossad Israel, Tamir Pardo, mengkritik pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Menurut Pardo, pemerintahan Israel seharusnya menerima tawaran Hamas terkait kesepakatan pertukaran sandera.
Namun, saat ini yang dilakukan Netanyahu justru sebaliknya.
Ia tampak mengabaikan keselamatan nyawa para tahanan, tetapi memilih untuk membalas dendam.
Pardo menuduh Netanyahu telah mengetahui sandera tidak dapat dibebaskan melalui serangan militer dan dapat terbunuh dalam serangan udara Israel di Gaza.
"Namun, Israel memilih balas dendam. Mereka tahu bahwa para sandera tidak dapat dibebaskan melalui serangan militer," kata Pardo, dikutip dari Anadolu Anjansi.
Apa yang dilakukan Netanyahu saat ini hanya menutupi semua dan memberikan narasi palsu terhadap warga Israel.
"Namun, pemerintah tidak ambil pusing. Pemerintah justru melancarkan kampanye untuk meyakinkan publik bahwa narasi palsu adalah kemenangan mutlak," imbuhnya.
Pardo menegaskan, daripada mencari balas dendam, sebaiknya Netanyahu memikirkan nasib para sandera terlebih dahulu.
Jika sudah, Netanyahu dapat fokus pada tujuan militer Israel.
"Daripada melakukan balas dendam, pemerintah seharusnya mencapai kesepakatan untuk membebaskan para sandera terlebih dahulu dan kemudian mengejar tujuan militer," katanya.
Baca juga: Perang Intelijen, Shin Bet Tangkap Warga Israel yang Jadi Mata-mata Iran untuk Bunuh Netanyahu
Pernyataan tersebut senada dengan pernyataan Kepala Staf Israel, Herzi Halevi.
Halevi sempat mengatakan kepada keluarga tawanan, upaya pembebasan sandera sedang dalam kondisi kritis.
Belum ada kemajuan apapun dari perundingan gencatan senjata.