TRIBUNNEWS.COM - Kim Yo Jong, adik perempuan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, mengkritik keberadaan kapal selam nuklir AS di pelabuhan Busan, Korea Selatan.
Kim menyebutnya sebagai bukti ambisi AS untuk mengeluarkan aset strategis nuklirnya, memamerkan kekuatannya dan meningkatkan ancaman, seperti diberitakan KCNA.
USS Vermont tiba di pangkalan angkatan laut di Busan pada hari Senin untuk memasok ulang dan memungkinkan anggota awak beristirahat, kantor berita Yonhap mengutip angkatan laut Korea Selatan.
Pernyataan Kim yang dipublikasikan muncul setelah menteri luar negeri Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Jepang mengadakan pertemuan pada hari Senin di sela-sela Majelis Umum PBB.
Mereka menyatakan kekhawatiran tentang pengungkapan fasilitas pengayaan uranium oleh Korea Utara baru-baru ini dan kerja sama militer yang "melanggar hukum" dengan Rusia.
Juga sepakat untuk bekerja sama mewujudkan pertemuan puncak trilateral dalam tahun ini, kata kementerian luar negeri Korea Selatan dalam sebuah pernyataan.
Siap Lawan AS
Kim Jong Un berjanji untuk meningkatkan kemampuan senjata nuklirnya.
“Kami sekarang dengan sempurna melaksanakan kebijakan membangun angkatan bersenjata nuklir dengan meningkatkan jumlah senjata nuklir secara bertahap,” kata Kim pada hari Senin (9/9/2024).
Dalam pidatonya yang menandai ulang tahun ke-76 berdirinya negaranya, Kim Jong Un mengatakan ia akan menyiapkan kekuatan nuklirnya.
Menurut Kim Jong Un, dengan meningkatkan senjata nuklir Korea Utara, maka keselamatan negaranya lebih terjamin.
Baca juga: Hwasongpho-11-Da-4.5 Rudal Baru Korea Utara Makin Kuat, Bisa Bantu Rusia Ledakkan 5 Kota Ukraina
"Korea Utara harus lebih menyeluruh mempersiapkan kemampuan nuklirnya dan kesiapannya untuk menggunakannya dengan benar pada waktu tertentu dalam menjamin hak keamanan negara", kata KCNA, dikutip dari ABC.net.
Ia menegaskan kemampuan nuklir yang bertambah akan memudahkan negaranya untuk melawan Amerika Serikat.
"Kehadiran militer yang kuat diperlukan untuk menghadapi berbagai ancaman yang ditimbulkan oleh Amerika Serikat dan para pengikutnya," tambahnya.
Pemimpin Korut itu mengungkapkan kondisi negaranya saat ini sedang menghadapi ancaman serius.