TRIBUNNEWS.COM, LEBANON - Beberapa informasi terbaru soal serangan udara Israel ke Lebanon dalam dua hari terakhir sejak, Senin (23/9/2024) lalu:
- Puluhan ribu orang melarikan diri dari Lebanon selatan tanpa tahu di mana mencari tempat aman karena pemboman Israel di Lebanon menewaskan sedikitnya 569 orang, termasuk 50 anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Lebanon.
- Hizbullah mengonfirmasi bahwa pemimpin senior Ibrahim Muhammad Qubaisi tewas pada hari Selasa kemarin. Beberapa jam setelah Israel mengklaim telah menewaskan seorang komandan tinggi Hizbullah dalam serangan di pinggiran selatan Beirut, yang menewaskan enam orang.
- Militer Israel mengatakan telah melakukan serangkaian serangan udara di Lebanon dalam empat gelombang, salah satu kampanye terbesar dalam sejarahnya, dengan 250 jet tempur menjatuhkan 2.000 amunisi.
- Jumlah roket yang belum pernah terjadi sebelumnya juga telah diluncurkan dari Lebanon selatan ke Israel utara, dengan perkiraan awal mencapai 300, pada hari penembakan lintas perbatasan paling intens sejak dimulai pada 8 Oktober tahun lalu.
- Serangan militer Israel juga terus berlanjut di Gaza Palestina, termasuk di Hay al-Nasr, timur laut Rafah, tempat seorang wanita dan kelima anaknya tewas dalam serangan terhadap sebuah rumah.
- Pasukan Israel menyerbu kamp pengungsi Fawwar di Tepi Barat yang diduduki, menembakkan peluru tajam selama bentrokan dengan kelompok Palestina, melukai empat orang dan menewaskan satu orang.
Suriah Siap Bantu Lebanon
Sementara itu, Kementerian Kesehatan Suriah telah mengumumkan kesiapan penuhnya sepanjang waktu untuk menyediakan layanan medis dan darurat bagi para pengungsi yang datang dari Lebanon.
Seperti diketahui akibat serangan Israel, ribuan warga Lebanon selatan meninggalkan daerahnya dan mengungsi ke daerah lain termasuk ke perbatasan Suriah.
Mengingat agresi yang sedang berlangsung di Lebanon, Presiden Suriah Bashar al-Assad menyampaikan pidato di hadapan pemerintahan baru, dengan menyatakan, "Fokus utama kami sekarang adalah mendukung saudara-saudara kami di Lebanon di semua bidang tanpa kecuali atau keraguan."
Dalam sebuah pernyataan, Gubernur Daerah Pedesaan Damaskus, Ahmad Ibrahim Khalil, mengonfirmasi kunjungannya ke perbatasan Jdeidet Yabous dengan Lebanon.
Ia menekankan pentingnya memfasilitasi pemulangan warga Suriah dan warga negara Lebanon ke Suriah.
"Kami telah mendesak para pejabat di perbatasan untuk menawarkan semua bantuan yang memungkinkan bagi warga Suriah dan Lebanon yang kembali ke negara ini," kata Khalil.
Selain itu, ia mencatat bahwa pemerintah daerah telah menyiapkan tempat penampungan dan pusat medis serta menyediakan pasokan makanan dan air minum untuk menampung masuknya para pengungsi.
Sementara itu, Brigadir Jenderal Moheeb al-Moudi, Direktur Pertahanan Sipil di Homs, mengungkapkan bahwa lima tempat perlindungan utama, yang mampu menampung sekitar 40.000 orang, telah didirikan di Homs, bersama dengan sembilan tempat perlindungan tambahan dengan kapasitas 25.000 orang.
Pusat-pusat ini dilengkapi dengan berbagai layanan penting, termasuk air, listrik, fasilitas sanitasi, dan infrastruktur komunikasi.
Tempat penampungan ini juga memiliki perlengkapan tidur dan bahan isolasi yang diperlukan untuk memastikan kenyamanan para penghuninya.
Sumber: Al Jazeera/Al Mayadeen