Tak sampai disitu, ia juga menganggap komentar Presiden Rusia itu tidak tepat waktu.
Sebab, para pemimpin dunia sedang berkumpul di New York untuk menghadiri Sidang Umum PBB, dan meminta masyarakat internasional untuk membahas perlunya lebih banyak pelucutan senjata.
Ukraina Genjot Pasokan Senjata
Di tengah ramainya isu penggunaan nuklir Rusia, pemerintah Ukraina justru mulai menggenjot ekspor pasokan senjata untuk menunjang perang.
Terbaru, Amerika Serikat (AS) mengungkap rencana untuk memberi Ukraina sistem pertahanan rudal Patriot tambahan senilai 7,9 miliar dolar AS.
Selain rudal Patriot, Presiden AS Joe Biden turut mengirimkan, peralatan pertahanan udara dan pencegat lainnya, seperti drone, rudal jarak jauh, dan amunisi udara-ke-darat.
"Saya telah mengarahkan Departemen Pertahanan untuk mengalokasikan semua dana bantuan keamanan yang tersisa yang telah dialokasikan untuk Ukraina pada akhir masa jabatan saya," kata Biden dalam pernyataan tersebut, seperti dikutip dari Newsweek.
Menyusul langkah AS, para pemimpin negara-negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dilaporkan sepakat mengirimkan paket senjata tambahan untuk memperkuat pertahanan militer Ukraina di medan tempur.
Bantuan tersebut mencakup baterai dan komponen baru untuk sistem rudal Patriot, yang disumbangkan oleh Jerman, Rumania, Belanda, dan mitra lainnya.
Italia nantinya bakal menyumbangkan sistem rudal SAMP-T tambahan. Sementara sekutu lain, termasuk Kanada, Norwegia, Spanyol, dan Inggris, mengungkap akan membantu menyumbangkan sistem NASAMS, HAWK, IRIS T-SLM, IRIS T-SLS, dan Gepard.
Tak sampai disitu, negara-negara di aliansi NATO nantinya turut menyediakan ratusan amunisi canggih untuk pasukan Zelensky agar dapat memukul mundur Rusia dari kawasan Ukraina.
Pengiriman senjata canggih dilakukan anggota NATO setelah Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mendesak komunitas global untuk bekerja sama melawan Rusia.
Dia meminta negara-negara Barat untuk terus memberikan sumbangan senjata lantaran Ukraina tak dapat berperang sendirian melawan Moskow. Terlebih belakangan ini Rusia semakin gencar melakukan serangan mematikan ke wilayah Ukraina.
(Tribunnews.com/ Namira Yunia)