TRIBUNNEWS.COM - Organisasi Free Palestine Network (FPN) menilai kematian Sekjen Hizbullah, Hassan Nasrallah, tidak akan melemahkan Hizbullah.
Hassan Nasrallah, Sekjen Hizbullah diketahui tewas oleh serangan bom Israel di Beirut, Jumat (27/9/2024).
"Dalam literatur perlawanan dan resistensi, kematian seorang pemimpin adalah bagian dari risiko perjuangan."
"Gugurnya Hassan Nasrallah tidak akan melemahkan perjuangan. Sebaliknya, syahidnya Hassan Nasrallah justru akan memperkuat poros perlawanan membela Palestina," ungkap Sekjen FPN, Furqan AMC kepada Tribunnews, Minggu (29/9/2024).
FPN juga mengutuk teror pembunuhan Israel terhadap Hassan Nasrallah.
"Pembunuhan tokoh politik seperti ini adalah tindakan picik dan biadab. Belum hilang dari ingatan publik sebelumnya Israel juga telah membunuh Ketua Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh. Barbarisme Israel ini harus dihentikan," ungkap Furqan.
Diketahui Hassan Nasrallah telah memimpin Hizbullah selama tiga dekade.
Ia menjadi Sekjen Hizbullah sejak tahun 1992 menggantikan Sayyed Abbas al-Musawi yang dibunuh dalam serangan helikopter Israel.
Ia memainkan peran kunci dalam membangun kelompok tersebut menjadi kekuatan yang kuat seperti sekarang ini dan menjadi salah satu tokoh paling berpengaruh serta terkenal di Timur Tengah.
Baca juga: Mata-mata Iran Diduga Bocorkan Lokasi Bos Hizbullah Hassan Nasrallah sebelum Dibunuh
Israel Membombardir Lebanon setelah Pemimpin Hizbullah Tewas
Pesawat tempur Israel terus melakukan pemboman tanpa henti di Beirut setelah tewasnya Hassan Nasrallah.
Serangan Israel menewaskan 33 orang di seluruh Lebanon pada hari Sabtu (28/9/2024), menurut pejabat Kementerian Kesehatan, dilansir Al Jazeera.
Lebanon mengumumkan tiga hari berkabung untuk mengenang kematian Hassan Nasrallah.
Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa sudah saatnya untuk gencatan senjata sekarang di Lebanon.
Israel Ancam Houthi
Pasca-tewasnya petinggi Hizbullah, Hassan Nasrallah, Israel juga mengancam kelompok Houthi Yaman.
Otoritas Penyiaran Israel melaporkan pasukan Israel sepenuhnya siap menghadapi segala kemungkinan dengan Iran, dan menekankan hari ketika Houthi mendapatkan balasan akan tiba.
"Masa Houthi akan tiba, tetapi fokusnya sekarang adalah melanjutkan serangan terhadap Hizbullah," seperti diberitakan Otoritas Penyiaran Israel, mengutip konfirmasi dari tentara Israel, Minggu (29/9/2024).
Sementara itu, pemimpin Houthi, Abdul-Malik al-Houthi, menekankan membunuh para pemimpin perlawanan tidak akan membawa stabilitas di Israel.
"Harapan Israel pupus setelah mereka menargetkan kepala biro politik Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), Ismail Haniyeh," kata Abdul-Malik al-Houthi.
Houthi juga mengatakan Israel akan kecewa setelah mereka membunuh Sekretaris Jenderal (Sekjen) Hizbullah, Hassan Nasrallah, melalui serangan udara di Dahiya, pinggiran Kota Beirut, Lebanon pada Jumat (27/9/2024).
“Musuh Zionis tidak akan mencapai keamanan dan stabilitasnya dengan membunuh para pemimpin perlawanan,” tambahnya.
“Kami tidak akan mengecewakan dua bangsa tercinta dan sesama Mujahidin di Lebanon dan Palestina," lanjutnya.
Baca juga: Israel Tahu Lokasi Bos Hizbullah Hassan Nasrallah selama Berbulan-bulan sebelum Dibunuh Pakai 80 Bom
Pada Sabtu (28/9/2024), tentara Israel mengatakan mereka mencegat rudal permukaan-ke-permukaan yang diluncurkan dari Yaman di luar perbatasan Israel, setelah mengaktifkan sirene di wilayah tengah negaranya.
"Sirene berbunyi di Tel Aviv setelah sebuah rudal diluncurkan dari Yaman menuju pusat negara," kata tentara Israel, seperti diberitakan Al Jazeera.
Sementara itu, juru bicara militer Houthi, Yahya Saree, mengatakan kelompoknya akan melakukan lebih banyak operasi terhadap Israel.
Baca juga: Israel Ungkap Cara Temukan Lokasi Nasrallah, Pilot IDF Awalnya Tak Tahu Akan Bunuh Bos Hizbullah
"Kami akan melakukan lebih banyak operasi militer melawan musuh Israel dalam kemenangan atas darah saudara-saudara kami di Palestina dan darah saudara-saudara kami di Lebanon," kata Yahya Saree.
"Kami tidak akan menghentikan operasi dukungan militer selama beberapa hari mendatang sampai agresi Israel terhadap Gaza dan Lebanon berhenti," tambahnya.
(Tribunnews.com/Gilang Putranto, Tiara Shelavie, Yunita)