Pusat baru yang akan dibangun di Bangkok dan kawasan industri Chonburi ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan yang terus meningkat akan komputasi awan (cloud computing) di Asia Tenggara, menurut pernyataan resmi Google pada Senin (01/10).
Investasi Google ini muncul setelah Microsoft pada Mei lalu mengumumkan akan membangun pusat data pertama di Thailand guna memperkuat infrastruktur cloud dan kecerdasan buatan.
"Investasi ini akan membantu bisnis, inovator, dan komunitas di Thailand untuk memanfaatkan teknologi cloud dan kecerdasan buatan (AI)," ujar Ruth Porat, presiden sekaligus kepala investasi Google dan perusahaan induknya, Alphabet.
Rincian investasi ini diungkapkan setelah pertemuan antara Porat dan Perdana Menteri Thailand, Paetongtarn Shinawatra, di Bangkok. Shinawatra menyebut langkah ini sebagai bukti bahwa Thailand sedang berkembang menjadi pusat digital utama di Asia Tenggara.
Pusat data Google akan dibangun di Chonburi, kawasan industri besar di sebelah tenggara Bangkok, sementara fasilitas cloud akan berada di Bangkok.
Apa dampak bagi ekonomi Thailand?
Ekspansi Google ini diperkirakan akan menambah $4 miliar (sekitar Rp60,81 triliun) ke PDB Thailand pada 2029 dan menciptakan 14.000 lapangan kerja antara 2025 hingga 2029, berdasarkan laporan dari konsultan Deloitte.
Pengumuman ini terjadi setahun setelah mantan Perdana Menteri Srettha Thavisin mencoba menarik investasi dari perusahaan-perusahaan teknologi AS, seperti Google, Microsoft, dan Tesla milik Elon Musk, selama kunjungannya ke New York.
Meskipun Thailand adalah ekonomi terbesar kedua di Asia Tenggara, sektor teknologinya masih tertinggal dari Singapura dan Indonesia.
Selama ini, ekonomi Thailand lebih berfokus pada manufaktur, pertanian, dan pariwisata, yang belum pulih sepenuhnya sejak pandemi Covid-19. Pemerintah Thailand berharap investasi dari Google dan Microsoft dapat membantu memodernisasi dan mendiversifikasi ekonominya.
Kantor Komisi Ekonomi Digital dan Masyarakat Nasional Thailand menyebutkan bahwa ekonomi digital bisa menyumbang hingga 30 persen dari PDB pada 2027.
Asia Tenggara gaet investasi digital
Beberapa negara di Asia Tenggara, seperti Vietnam, juga sedang berusaha menarik investasi dari perusahaan-perusahaan teknologi AS. Vietnam berencana meningkatkan posisinya di sektor teknologi tinggi, setelah sebelumnya dikenal sebagai pusat produksi sepatu, pakaian, dan furnitur.
Pekan lalu, media Vietnam melaporkan bahwa SpaceX milik Elon Musk berencana menginvestasikan $1,5 miliar (sekitar Rp22,8 triliun) di Vietnam, sebagai bagian dari langkah AS untuk mengurangi ketergantungan pada Cina.
Pada awal Mei 2024, CEO Microsoft Satya Nadella umumkan akan menginvestasikan US$2,2 miliar (sekitar Rp33,44 triliun) dalam empat tahun ke depan untuk mendukung transformasi digital Malaysia. Investasi ini menjadi yang terbesar dalam sejarah 32 tahun keberadaan Microsoft di Malaysia.
Pada April 2024, Microsoft akan menginvestasikan US$1,7 miliar (sekitar Rp25,84 triliun) di Indonesia untuk memperkuat layanan cloud dan kecerdasan buatan (AI), termasuk dengan membangun pusat data.