TRIBUNNEWS.COM - Rusia memperingatkan akan meningkatnya risiko perang regional usai Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah tewas dalam serangan Israel.
Kremlin mengatakan risiko perang besar ‘sangat tinggi’ setelah pembunuhan Nasrallah.
Juru bicara Rusia Dmitry Peskov mengatakan Kremlin mengutuk serangan Israel, yang menewaskan pemimpin Hizbullah tersebut, bahkan juga masyarakat sipil.
“Pihak Rusia mengutuk tindakan tersebut, kami yakin tindakan tersebut telah menyebabkan destabilisasi signifikan pada situasi di kawasan,” katanya, mengutip Al Jazeera, Senin (30/9/2024).
“Hal yang paling penting adalah bahwa pemboman tanpa pandang bulu terhadap daerah pemukiman di Lebanon akan menyebabkan banyak korban jiwa, yang pasti akan membawa bencana kemanusiaan seperti yang kita lihat di Gaza,” katanya lagi.
Kondisi Jenazah Nasrallah
Nasrallah tewas terbunuh lantaran serangan masif pasukan pertahanan Israel (IDF).
Jasad Nasrallah terkonfirmasi telah ditemukan di bawah reruntuhan bangunan.
Ditemukan Minggu (29/9/2024) dari lokasi serangan udara Israel di pinggiran selatan Beirut, mengutip Reuters.
Jasadnya ditemukan dalam keadaan utuh setelah serangan Israel yang menewaskannya pada Jumat (27/9/2024) waktu setempat.
Setelah ditemukan, jasad Nasrallah dipindahkan ke rumah sakit, di mana sejumlah tes sedang dilakukan untuk memastikan penyebab pasti cedera dan kematiannya.
Baca juga: Teror dan Ancaman Israel di Bandara Beirut Halangi Pesawat Iran untuk Mendarat
Seorang koresponden lokal, menyatakan bahwa tubuh Nasrallah tidak menunjukkan cedera fisik langsung, meningkatkan kemungkinan bahwa kematiannya disebabkan oleh guncangan akibat kekuatan ledakan.
Rekaman dari lokasi serangan menunjukkan kerusakan yang signifikan, termasuk terbentuk kawah yang dalam di lokasi pembunuhan Nasrallah.
Dalam gambar yang beredar tampak bangunan hancur parah, dengan kerusakan yang meluas di area tersebut.
Gerakan Hizbullah Lebanon mengumumkan pada hari Sabtu (28/9/2024) bahwa Nasrallah telah tewas pada hari sebelumnya dalam serangan udara Israel.
Serangan yang dilakukan oleh jet tempur F-35 itu menargetkan sebuah lokasi di Haret Hreik, di pinggiran selatan Beirut.
Dalam rekaman yang beredar memperlihatkan kawah besar yang terbentuk akibat serangan Israel, menggambarkan kekuatan bom penghancur bunker yang digunakan.
Banyak bangunan hancur, dan asap masih terlihat mengepul dari beberapa bagian area yang menjadi sasaran.
Radio Angkatan Darat Israel melaporkan bahwa pesawat dari Skuadron 69 mengerahkan sekitar 85 bom penghancur bunker, masing-masing berisi satu ton bahan peledak, selama operasi untuk membunuh Nasrallah.
Surat kabar Israel Yedioth Ahronoth mengungkapkan bahwa intelijen untuk serangan udara tersebut disediakan oleh Divisi Intelijen Militer Israel, khususnya Unit 8200.
Sementara itu, New York Times mengutip pejabat Israel yang mengonfirmasi bahwa lokasi Nasrallah telah dilacak selama berbulan-bulan sebelum pembunuhan itu.
Sebelumnya kabar dugaan tewasnya Nasrallah diketahui digaungkan oleh Pemimpin oposisi Israel, Yair Lapid.
Lapid melalui akun X-nya, mengucapkan selamat kepada IDF atas serangan di Lebanon tersebut hingga diklaim telah menewaskan pemimpin Hizbullah.
"Saya mengucapkan selamat kepada lembaga pertahanan, IDF dan IAF (Angkatan Udara Israel) atas pemberantasan pembunuh massal Hassan Nasrallah. Semua musuh kita harus tahu bahwa mereka yang menyerang Israel akan dihukum mati. Ini adalah pencapaian yang signifikan bagi pencegahan dan keamanan Israel," tulis Lapid dalam pernyataannya di X, Sabtu (28/9/2024).
(Tribunnews.com/Garudea Prabawati)