TRIBUNNEWS.COM - Kelompok militan Lebanon, Hizbullah, mengatakan telah menargetkan pangkalan intelijen militer Israel di Glilot dekat Tel Aviv, Selasa (1/10/2024).
Hizbullah menargetkan markas besar badan intelijen Mossad sebagai respons terhadap invasi darat Israel ke Lebanon selatan.
Laporan menyatakan Hizbullah menembakkan rudal "Fadi-4" ke Pangkalan Glilot dekat Herzliya.
Namun, serangan Hizbullah dilaporkan gagal mengenai unit intelijen militer IDF dan markas besar Mossad.
"Meluncurkan salvo roket Fadi 4 ke pangkalan Glilot milik unit intelijen militer 8200 dan markas besar Mossad yang terletak di pinggiran Tel Aviv," kata Hizbullah dalam sebuah pernyataan, Selasa, dilansir Arab News.
Menurut layanan ambulans Magen David Adom di Israel, sebuah jalan telah diblokir setelah terkena roket, seperti diberitakan Newsweek.
Layanan ambulans mengatakan telah merawat dua orang di lokasi kejadian, termasuk seorang pengemudi bus yang terkena pecahan peluru, dan seorang pengendara lainnya.
Israel Serukan Evakuasi Warga
Militer Israel telah memperingatkan warga untuk mengungsi dari perbatasan Lebanon, Selasa.
Hal ini disampaikan beberapa jam setelah Israel melancarkan apa yang disebutnya sebagai serangan darat terbatas terhadap kelompok militan Hizbullah.
Di sisi lain, Hizbullah membantah pasukan Israel telah masuk.
Baca juga: Ketua Parlemen Lebanon Mengatakan Israel Menyabotase Upaya Global untuk Menghentikan Eskalasi
Akan tetapi, Hizbullah mengatakan pihaknya siap untuk memerangi mereka.
Militer Israel menyarankan masyarakat untuk mengungsi di utara Sungai Awali, sekitar 60 kilometer (36 mil) dari perbatasan dan lebih jauh dari Sungai Litani, yang menandai tepi utara zona yang dideklarasikan PBB yang dimaksudkan sebagai penyangga antara Israel dan Hizbullah setelah perang mereka tahun 2006.
"Kalian harus segera menuju utara Sungai Awali untuk menyelamatkan diri, dan segera tinggalkan rumah kalian," kata pernyataan yang diunggah oleh juru bicara militer Israel berbahasa Arab, Avichay Adraee, di X, dikutip dari AP News.
Sebagai informasi, lebih dari 1.000 orang tewas di Lebanon akibat serangan Israel selama dua minggu terakhir, hampir seperempatnya adalah wanita dan anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan.