Sebut Yahya Sinwar Masih Hidup, Hamas Kecewa Pada Tetangga Arab-nya: Kenapa Cuma Iran yang Berani Lawan Israel?
TRIBUNNNEWS.COM - Sehari setelah Iran melancarkan serangan terhadap Israel , seorang pejabat senior Hamas mengatakan pada Rabu (2/10/2024) kalau kelompok militan tersebut telah dikecewakan oleh para tetangga Arabnya setelah serangan Banjir Al Aqsa pada 7 Oktober 2023 .
Dalam sebuah wawancara dengan koresponden Keir Simmons yang dilansir NBC di ibu kota Qatar, Doha, tempat sebagian sayap politik kelompok tersebut bermarkas, Dr Basem Naim mengatakan Hamas “kecewa pada reaksi kawasan, negara-negara Arab di kawasan tersebut.”
Baca juga: Hamas Sampaikan Belasungkawa atas Tewasnya Hassan Nasrallah, Tentara Israel: Hari-hari akan Sulit
Meskipun beberapa dari negara-negara Arab itu telah mendukung kelompok tersebut secara politik dan finansial, ia mengatakan cuma Iran yang berani melawan Israel.
“Iran mungkin satu-satunya negara yang mendukung perlawanan kami,” katanya dilansir NBC, Kamis (3/10/2024) .
Baca juga: Analis Perang: Serangan Rudal Iran ke Israel Bukan Cuma Pertunjukan, Mau Bikin Iron Dome Eror
Yahya Sinwar Masih Hidup
Naim menambahkan kalau Yahya Sinwar, yang diduga dalang serangan 7 Oktober, masih hidup dan berkomunikasi dengan pimpinan Hamas dan pasukannya di lapangan.
Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) mengatakan dalam sebuah pernyataan kalau serangan pada Rabu terhadap Israel merupakan respons atas kematian pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah dalam serangan udara Israel minggu lalu dan terbunuhnya pemimpin politik Hamas di Teheran.
Ismail Haniyeh tewas dalam sebuah ledakan di kediamannya di ibu kota Iran tak lama setelah ia berpartisipasi dalam upacara pelantikan Presiden Masoud Pezeshkian.
Israel, yang disalahkan atas serangan yang juga menewaskan pengawal Haniyeh, belum mengatakan apakah mereka berada di balik ledakan itu. Israel jarang mengklaim bertanggung jawab atas tindakan seperti itu.
Pezeshkian melakukan perjalanan ke Doha pada hari Rabu untuk melakukan pembicaraan bilateral dengan pemerintah Qatar. Ia juga akan menghadiri pertemuan puncak Dialog Kerjasama Asia.
“Kami juga menginginkan keamanan dan perdamaian. Israel-lah yang membunuh Haniyeh di Teheran,” kata Pezeshkian saat tiba di Qatar seperti dikutip oleh Jaringan Berita Mahasiswa Iran.
“Orang Eropa dan AS mengatakan jika kami tidak bertindak, akan ada perdamaian di Gaza dalam satu minggu. Kami menunggu mereka untuk mendapatkan perdamaian tetapi mereka malah meningkatkan pembunuhan.”
Naim, yang berprofesi sebagai dokter sebelum menjabat sebagai menteri kesehatan Gaza dan kemudian menteri olahraga, mengatakan dia tidak tahu apakah Pezeshkian akan bertemu dengan perwakilan Hamas saat dia berada di negara itu.
Dia mengatakan bahwa Iran adalah "negara merdeka" dengan "kepentingannya sendiri."
Dia menambahkan bahwa Iran "menghitung dengan sangat cermat apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan."
Baca juga: Iran Targetkan Kehancuran Israel Pada 2040, Netanyahu Gali Sendiri Lubang Kubur di Perang Atrisi
Selangkah Lebih Maju dari Israel
Yahya Sinwar, yang mengambil alih posisi pemimpin politik Hamas setelah kematian Haniyeh, “masih hidup” dan “masih mengendalikan” kelompok militan tersebut, dan secara teratur berkomunikasi dengan para anggotanya di Jalur Gaza dan di tempat yang lebih jauh, katanya.
Sinwar digambarkan sebagai “orang mati berjalan” oleh militer Israel tepat setelah serangan 7 Oktober, yang dituduhkan direncanakan dan diawasinya.
Pada hari paling mematikan dalam sejarah Israel, lebih dari 1.200 orang tewas dan sekitar 240 orang disandera.
Serangan militer Israel di Jalur Gaza sejak saat itu telah menewaskan lebih dari 41.000 orang, menurut pejabat kesehatan di daerah kantong tersebut.
Namun, saat peringatan satu tahun serangan tersebut mendekat, pemimpin yang sulit ditangkap itu telah berhasil berada selangkah lebih maju dari militer dan dinas intelijen Israel, kemungkinan terus berpindah-pindah dan mengubah lokasi untuk menghindari deteksi di labirin terowongan di bawah Gaza.
Pria berusia 61 tahun itu diduga terakhir terlihat dalam klip berdurasi 42 detik yang direkam tiga hari setelah serangan yang menunjukkan dia dan keluarganya melarikan diri ke sebuah terowongan di Gaza selatan, menurut militer Israel.
Naim juga menegaskan bahwa Mohammed Deif, kepala Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, masih hidup. Israel mengumumkan kematiannya pada bulan Juli.
Israel, kata Naim, bisa saja “membunuh pemimpin ini atau pemimpin lainnya, atau menyerang di suatu tempat di sini atau sana, tetapi Anda tidak menyelesaikan masalah bahwa ada orang-orang dan pendudukan yang mencari kebebasan, martabat, dan kemerdekaan mereka.”
Sebagian besar warga Palestina masih percaya pada “hak mereka untuk berjuang, melawan, dan memperjuangkan kebebasan dan martabat mereka,” katanya.
Ia menambahkan bahwa para pemimpin Hamas saat ini, termasuk dirinya sendiri, “menyadari bahwa mereka mungkin akan membayar harga yang sangat tinggi, termasuk nyawa mereka sendiri.”
(oln/nbc/*)