TRIBUNNEWS.COM - Rusia memerintahkan warganya untuk meninggalkan Israel di tengah meningkatnya ketegangan dengan Hizbullah dan Iran.
Anatoly Viktorov, duta besar Moskow untuk Tel Aviv, merekomendasikan agar warga negara Rusia segera meninggalkan Israel.
Dalam keterangannya kepada kantor berita Rusia TASS pada tanggal 3 Oktober, diplomat tersebut menyoroti situasi yang memburuk di wilayah tersebut.
Ia mengulangi imbauannya untuk tidak melakukan perjalanan ke Israel.
"Mengenai konflik ekstrem yang terjadi saat ini, kami memperkuat rekomendasi ini [untuk tidak mengunjungi Israel] dan menyarankan agar warga negara yang sekarang berada di Israel berpikir untuk meninggalkan wilayah itu selagi masih ada peluang dalam bentuk penerbangan reguler lanjutan yang dioperasikan oleh sejumlah maskapai penerbangan, termasuk maskapai penerbangan Israel El Al," kata Viktorov.
"Sebelum datang ke Israel atau mengambil keputusan untuk tinggal dalam waktu lama di sana, Anda perlu berpikir keras tentang seberapa dibenarkan tindakan tersebut dan apakah tindakan tersebut layak mempertaruhkan nyawa dan kesehatan Anda."
Viktorov mengatakan, beberapa maskapai penerbangan masih mengoperasikan penerbangan terjadwal, dan ia mendorong warga Rusia untuk memanfaatkan kesempatan ini.
Konflik Israel-Lebanon meningkat pada Oktober 2024, dipicu oleh invasi Israel ke Lebanon selatan di tengah pertempuran sengit serta bentrokan yang semakin intensif antara pasukan Israel dan militan Hizbullah.
Eskalasi ini, terkait erat dengan perang Israel-Hamas yang sedang berlangsung, yang dimulai di Gaza pada Oktober 2023.
Hizbullah, kelompok militan Lebanon yang didukung oleh Iran, awalnya bergabung dalam konflik di Timur Tengah karena mendukung Palestina.
Hizbullah dan Israel kerap terlibat baku tembak di perbatasan.
Baca juga: Israel Serang Beirut dengan Ledakan Besar, Jalur Utama Lebanon-Suriah Terputus
Ketegangan memuncak saat pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, tewas dalam serangan Israel.
Kemudian pada 1 Oktober 2024, Israel melancarkan invasi darat ke Lebanon, setelah berbulan-bulan melancarkan serangan udara yang menargetkan infrastruktur Hizbullah di seluruh Lebanon.
Hizbullah, yang didukung dan didanai oleh Iran, merupakan salah satu pasukan militer non-negara yang paling bersenjata lengkap di dunia.
Sejak invasi darat Israel di Lebanon selatan lima hari lalu, serta serangan udara selama dua minggu di wilayah itu dan di Beirut selatan, lebih dari 2.000 orang tewas, kata kementerian kesehatan Lebanon, mengutip CBS News.
Selain itu, lebih dari 1 juta orang mengungsi dari rumah mereka, termasuk puluhan ribu orang yang berada di bawah perintah evakuasi Israel di hampir 100 kota dan desa dekat perbatasan.
Tiga rumah sakit Lebanon menghentikan layanan di tengah pemboman Israel
Pada hari Jumat (4/10/2024), tiga rumah sakit di Lebanon mengumumkan penangguhan layanan di tengah pemboman Israel yang tiada henti, mengutip The New Arab.
Rumah Sakit Sainte Therese di pinggiran selatan Beirut melaporkan kerusakan besar.
Serangan dari pesawat tempur Israel menyebabkan penghentian layanan rumah sakit, rumah sakit tersebut mengumumkan dalam sebuah pernyataan yang dimuat oleh Kantor Berita Nasional (NNA) resmi.
Sementara itu, Rumah Sakit Mais al-Jabal di Lebanon Selatan, yang berperbatasan dengan Israel, mengumumkan penghentian kerja semua departemen.
Rumah sakit itu menyebut pasukan Israel menargetkan rumah sakit, mengacaukan akses staf dan pasokan.
Direktur rumah sakit pemerintah Marjayoun di Lebanon selatan, Mouenes Kalakesh, mengatakan kepada AFP bahwa serangan udara Israel menargetkan ambulans di pintu masuk utama rumah sakit, menewaskan paramedis yang sedang membawa korban luka ke fasilitas tersebut.
Pada hari Jumat juga, Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati mendesak masyarakat internasional untuk menekan Israel agar mengizinkan tim penyelamat dan bantuan mencapai lokasi yang dibom dan mengizinkan mereka memindahkan korban.
Sebanyak 11 personel medis dilaporkan tewas dalam serangan Israel di Lebanon selatan.
Layanan darurat Komite Kesehatan Islam, yang berafiliasi dengan Hizbullah, mengatakan tujuh personel darurat tewas dalam agresi langsung Zionis terhadap tim darurat di rumah sakit Marjayoun.
Baca juga: Israel Mengebom Konvoi Palang Merah Saat Evakuasi Orang-orang yang Terluka di Desa Taybeh Lebanon
Sementara itu, empat lainnya tewas dalam dua serangan di tempat lain di Lebanon selatan.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)