TRIBUNNEWS.COM - Agresi Israel dan serangan udara di Lebanon telah menewaskan lebih dari 100 anak dalam 11 hari, Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) mengumumkan akhir pekan lalu.
Laporan dari UNICEF menambahkan, sekitar 690 anak dilaporkan terluka dalam enam minggu terakhir serangan Israel.
Mengutip The New Arab, UNICEF mengatakan, mereka berupaya menyediakan bantuan kemanusiaan darurat dan pasokan medis ke daerah dan masyarakat yang terkena dampak di negara tersebut.
Imran Riza, Wakil Koordinator Khusus PBB dan Koordinator Kemanusiaan untuk Lebanon, mengatakan bahwa krisis kemanusiaan di Lebanon meningkat setiap hari.
Sejak dimulainya eskalasi Israel pada 23 September, jumlah kematian terkait konflik telah meningkat lebih dari 200 persen.
Riza juga menyoroti, sistem dan pusat kesehatan telah berulang kali menderita serangan.
"Petugas kesehatan membayar harga termahal dengan nyawa mereka. Sistem kesehatan berada di ambang kehancuran," tulisnya dalam sebuah unggahan di X (sebelumnya Twitter).
Pernyataan dari Riza juga menyerukan dukungan dari komunitas Arab dan internasional.
Ia menyatakan, sangat penting untuk memanfaatkan diplomasi guna melindungi petugas kesehatan dan warga sipil, serta menetapkan gencatan senjata.
Sementara itu menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sedikitnya 77 petugas kesehatan telah tewas di Lebanon sejak 8 Oktober 2023 hingga 4 Oktober 2024.
Sebanyak 28 di antaranya terjadi dalam periode 24 jam, antara 2 hingga 3 Oktober.
Baca juga: WNI yang Enggan Dievakuasi Pertimbangkan Sudah Punya Keluarga Besar di Lebanon
Sejak 23 September, Israel memperluas perangnya di Lebanon dari wilayah selatan ke berbagai wilayah lain, termasuk ibu kota Beirut, dan wilayah utara dekat Tripoli.
Sekitar 1.900 orang telah tewas oleh Israel di Lebanon sejak Oktober 2023, dengan mayoritas korban jatuh dalam beberapa minggu terakhir.
Pengeboman Israel terhadap Lebanon juga menyebabkan sekitar 1,2 juta orang mengungsi, karena penduduk melarikan diri dari selatan, Lembah Bekaa di timur, dan ibu kota Beirut.