“Kemartiran dua komandan besar, Ismail Haniyeh dan Hassan Nasrallah, adalah bukti nyata kurangnya pemahaman musuh tentang sifat perlawanan pendudukan akan berakhir,” kata Abu Ubaida.
Ia yakin kematian mereka akan menumbuhkan lebih banyak perlawanan.
"Tanah ini menumbuhkan perlawanan seperti halnya tanah itu menanam zaitun dan mewariskannya dari generasi ke generasi, dari generasi ke generasi," lanjutnya.
Menurutnya, Israel hanya akan bersenang-senang dalam waktu singkat setelah membunuh kedua pemimpin tersebut.
"Apa yang terjadi di wilayah ini saat ini dalam hal operasi dukungan untuk perlawanan di Gaza adalah hal yang berharga dan besar di mata rakyat kita, dan kegembiraan musuh atas pembunuhan tersebut hanya akan berumur pendek," kata Abu Ubaida, dikutip dari Shafaqna Tunisia.
"Jika pembunuhan tersebut terjadi jika menang, maka perlawanan akan berakhir sejak terbunuhnya Izzuddin al-Qassam," ujarnya, merujuk pada pejuang Palestina yang menentang Mandat Inggris untuk mendirikan Israel di Palestina pada tahun 1920-1930an.
Hamas Memuji Houthi
Abu Ubaida mengapresiasi dukungan gerakan Ansar Allah Houthi di Yaman yang bergabung dalam perlawanan di Jalur Gaza dengan menargetkan Israel.
“Kami sangat bangga dengan gerakan rakyat yang besar di Yaman yang merdeka dan kami menghargai gerakan semua masyarakat yang bersaudara dan bersahabat di seluruh dunia selama setahun penuh kami telah berjuang dalam pertempuran yang tidak setara melawan musuh kriminal,” kata Abu Ubaida.
"Musuh hanya memahami bahasa kekerasan dan senjata hanya dapat dilawan dengan senjata, dan Operasi Jaffa baru-baru ini hanyalah satu episode dari apa yang akan terjadi. Ini akan menjadi lebih sulit, Insya Allah," katanya, merujuk pada operasi Houthi yang menargetkan Jaffa (Tel Aviv) yang diduduki.
Serangan Israel di Jalur Gaza memasuki tahun kedua, dan telah meluas ke Lebanon selatan ketika Israel mengklaim menargetkan Hizbullah yang mendukung Hamas.
Sementara itu, Israel bersama AS dan sekutunya menuduh Iran mendanai kelompok perlawanan seperti Hizbullah, Hamas, Kataib Hizbullah, Jihad Islam Palestina (PIJ), dan kelompok lain di Suriah, Irak, dan Lebanon untuk melawan Israel dan sekutunya di kawasan itu.
Pada Selasa (1/10/2024) malam, Iran meluncurkan 180 rudal yang menargetkan pangkalan Mossad, pangkalan udara Hatzrim dan Nevatim, radar, dan pusat perakitan tank Israel untuk membalas pembunuhan Ismail Haniyeh dan Hassan Nasrallah.
Jumlah Korban di Jalur Gaza
Saat ini, Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 41.870 jiwa dan 97.166 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Minggu (6/10/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari AFP.
Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.
Israel mengklaim, ada 101 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel