Sehari sebelumnya, pasukan itu mengatakan bahwa pasukan penjaga perdamaian tetap berada di posisi mereka meski sudah ada permintaan dari Israel untuk “pindah”.
Baca juga: Pasukan Israel Serbu Lebanon Selatan, Bagaimana Nasib WNI dan Ribuan Prajurit TNI di UNIFIL?
Hizbullah mengatakan telah bertempur melawan pasukan Israel di sejumlah wilayah perbatasan, termasuk daerah Maroun al-Ras, dan bahwa mereka telah menggagalkan upaya penyusupan di sana.
Israel telah melakukan serangan udara besar-besaran di seluruh Lebanon terhadap apa yang diklaimnya sebagai target Hizbullah sejak 23 September 2024, menewaskan lebih dari 1.250 orang, melukai 3.618, dan menggusur lebih dari 1,2 juta.
Bombardemen udara itu adalah eskalasi dalam perang lintas batas selama setahun antara Israel dan Hizbullah sejak dimulainya serangan brutal Tel Aviv di Jalur Gaza yang telah menewaskan hampir 42.000 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, sejak serangan Hamas tahun lalu.
Setidaknya 2.119 orang telah tewas dan 10.019 lainnya terluka dalam serangan Israel di Lebanon, menurut pihak berwenang Lebanon.
Meskipun ada peringatan internasional bahwa wilayah Timur Tengah berada di ambang perang regional di tengah serangan tanpa henti Israel di Gaza dan Lebanon, Tel Aviv memperluas konflik dengan meluncurkan invasi darat ke Lebanon selatan pada 1 Oktober.
Gaza Bukan Lagi Syarat Utama Gencatan Senjata, Hizbullah Ingkar Janji?
Terkait perang di perbatasan Lebanon, para pejabat Hizbullah tidak lagi menuntut gencatan senjata di Gaza sebagai syarat untuk mencapai gencatan senjata di Lebanon.
Padahal sebelumnya Hizbullah terus mendengungkan janji untuk terus bertarung sampai Israel menghentikan serangannya terhadap sekutu Hizbullah yang didukung Iran Hamas.
Sejak Hizbullah mulai meluncurkan rudal melintasi perbatasan Lebanon sehari setelah serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023, para pejabat Hizbullah secara konsisten mengatakan mereka tidak akan berhenti sampai Israel mengakhiri perang di Gaza.
Tetapi Naim Qassem, wakil pemimpin Hizbullah, memutus janji itu dalam pidato yang disiarkan televisi pada hari Selasa.
Ironisnya, pernyataan itu disampaikan bahkan ketika ia berjanji untuk terus berdiri dengan Hamas dan Palestina dalam pertempuran mereka dengan Israel.
Qassem, saat ini merupakan pejabat tinggi Hizbullah setelah kepala Sayyed Hassan Nasrallah tewas dalam serangan Israel.
Pada pidatonya, dia mengatakan kalau dia mendukung upaya oleh ketua parlemen Lebanon Nabih Berri, sekutu Hizbullah, untuk mengamankan terjadinya gencatan senjata dengan Israel – tanpa menetapkan prasyarat.
“Kami mendukung kegiatan politik yang dipimpin oleh Berri di bawah judul gencatan senjata,” kata Qassem.