News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Iran Vs Israel

Panglima Iran Esmail Qaani Diduga Membelot, Tumbang karena Serangan Jantung saat Diinterogasi

Penulis: Febri Prasetyo
Editor: Nanda Lusiana Saputri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Panglima tertinggi pasukan elite Quds di Iran Esmail Qaani.

TRIBUNNEWS.COM – Esmail Qaani, Panglima Pasukan Quds Iran, diperiksa karena diduga membelot atau memiliki hubungan dengan Israel.

Sebelumnya, Qaani dirumorkan tewas karena serangan Israel yang menargetkan calon Sekretaris Jenderal Hizbullah.

“Dia diselidiki atas laporan intelijen,” kata seorang narasumber kepada Sky News Arabia.

“Dia dipindahkan ke rumah sakit dan kepala bironya (Ehsan Shafiqi) diduga punya hubungan dengan Israel.”

Laporan media menyebutkan Qaani tumbang akibat mengalami serangan jantung saat diinterogasi.

Sebelumnya, ada kabar yang mengatakan kesehatan Qaani memang sedang tidak baik.

Namun, Wakil Kepala Pasukan Quds Bidang Koordinasi Brigjen Iraj Masjedi membantah kabar itu. Menurut dia, Qaani dalam keadaan sehat dan melakukan aktivitasnya.

Muncul kekhawatiran mengenai besarnya penyusupan Israel ke dalam hierarki kepemimpinan di Iran.

Penyelidikan terhadap Qaani dimulai setelah Shafiqi ditangkap. Shafiqi dilaporkan berkomunikasi dengan Israel lewat pihak ketiga yang berada di luar Iran.

Sementara itu, dilaporkan ada perpecahan internal di dalam Pasukan Quqs setelah panglima sebelumnya, Qasem Soleimani, tewas karena serangan AS di Kota Baghdad, Irak. Perpecahan itu memunculkan desakan untuk mencopot Qaani.

Menghilang

Baca juga: Iran dan Oman Kirim Kapal Perang ke Selat Hormuz, Ada Apa? Menlu: Iran Siap Hadapi Semua Skenario

Seorang pejabat keamanan senior Iran menyebut Qaani menghilang setelah Israel menyerang Hashem Sefieddine, calon pengganti Hassan Nasrallah sebagai Sekjen Hizbullah.

Narasumber yang didapatkan Reuters mengatakan Qaani berada di Dahieh ketika Israel menyerang. Namun, Qaani tidak menghadiri rapat dengan Sefieddine.

Adapun kontak dengan Sefieddine juga hilang setelah Israel menyerangnya. Dia diduga tewas, tetapi Israel belum mengonfirmasinya.

Narasumber lain menyebut Qaani pergi ke Kota Beirut setelah Nasrallah dibunuh Israel. Dia terakhir kali terlihat pada hari Minggu pekan lalu ketika mengunjungi kantor Hizbullah di Teheran.

Surat kabar kenamaan Amerika Serikat (AS), The New York Times, melaporkan Qaani pergi ke Lebanon guna membantu Hizbullah menyusun kembali organisasinya setelah Nasrallah tewas.

Narasumber Pasukan Garda Revolusioner Islam Iran (IRGC) di Beirut berkata hilangnya Qaani dan bungkamnya para pejabat di Teheran memunculkan kepanikan di IRGC.

Rumor mengenai nasibnya menyebar cepat. Ada yang menyebutkan dia meninggal dalam pengasingan.

Media Arab Saudi bernama Al Hadath mengatakan Qaani bertemu dengan Nasrallah dan panglima Fuad Shukr sebelum keduanya tewas dibunuh Israel.

Menurut media itu, Qaani tidak jadi menghadiri acara rapat Hizbullah yang ditargetkan oleh Israel. Hal itu memunculkan kecurigaan.

Profil Qaani

Qaani lahir tahun 1957 dan menjadi sosok penting dalam strategi militer Iran sejak memimpin Pasukan Quds tahun 2020.

Baca juga: Pakar Akui Iran Bisa Hadapi Perang Panjang dan Berdarah, Israel Negara Kecil, Rentan, & Sudah Letih

Namun, kepemimpinan Qaani kurang terkenal. Pakar menyebut dia tidak bisa menjaga hubungan dengan sekutu-sekutu Iran sebaik pendahulunya, Soleimani.

Berbeda dengan Soleimani yang kerap difoto berada di garis depan pertempuran di Irak dan Suriah, Qaani jauh dari sorotan masyarakat. Dia menggelar rapat secara tertutup.

Kepemimpinan Qaani diwarnai dengan meningkatkanya serangan Israel yang menargetkan sekutu Iran, termasuk Hizbullah dan kelompok paramiliter lainnya.

Karier militer Israel dimulai dari Perang Irak-Iran tahun 1980-an. Saat itu bertempur bersama IRGC.

Pada tahun 1997 dia menjadi Wakil Panglima Pasukan Quds ketika Soleimani menjadi Kepala Panglima.

Peran Qaani dalam Pasukan Quds di antaranya mengawasi operasi di luar perbatasan timur Iran, terutama di Afganistan dan Pakistan.

Berbeda dengan Soleimani, Qaani tidak berbicara bahasa Arab sehingga membatasi kemampuannya untuk membangun hubungan erat dengan para milisi Arab.

Ketika Qaani terpilih untuk memimpin Pasukan Quds, dia berjanji untuk meneruskan misi Soleimani mengusir pasukan AS dari Asi Barat.

“Kami berjanji untuk meneruskan jejak syuhada Soleimani dengan kekuatan yang sama,” katanya dikutip dari India Times.

(Tribunnews/Febri)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini