Juru bicara UNIFIL Andrea Tenenti mengatakan kepada Al Jazeera bahwa serangan itu merupakan perkembangan yang “sangat serius”.
Tententi menjelaskan bahwa Israel sebelumnya telah meminta pasukan penjaga perdamaian untuk pindah dari “posisi tertentu” di dekat perbatasan.
"Tetapi kami memutuskan untuk tetap tinggal karena penting bagi bendera PBB untuk berkibar di selatan Lebanon," ujarnya.
"Jika situasi menjadi tidak memungkinkan bagi misi untuk beroperasi di Lebanon selatan, Dewan Keamanan akan memutuskan bagaimana cara melangkah maju," katanya.
"Saat ini, kami tinggal di sana, kami berusaha melakukan apa pun yang kami bisa untuk memantau dan memberikan bantuan."
Amerika Serikat
Gedung Putih mengatakahn pihaknya sangat prihatin dengan laporan insiden tersebut, meski tetap membela Israel.
"Kami memahami bahwa Israel tengah melakukan operasi terarah di dekat Garis Biru untuk menghancurkan infrastruktur Hizbullah yang dapat digunakan untuk mengancam warga Israel," kata juru bicara tersebut.
"Sementara mereka melakukan operasi ini, sangat penting bahwa mereka tidak mengancam keselamatan dan keamanan pasukan penjaga perdamaian PBB."
Italia
Menteri Pertahanan Guido Crosetto menyebut serangan terhadap pangkalan UNIFIL "tidak dapat diterima".
"Ini bukan kesalahan dan bukan kecelakaan," kata Crosetto dalam konferensi pers.
"Ini dapat dianggap sebagai kejahatan perang dan merupakan pelanggaran hukum militer internasional yang sangat serius."
Baca juga: Kutuk Serangan IDF ke UNIFIL, Turki: Bukti Impunitas Israel
Crosetto menambahkan bahwa ia telah memanggil duta besar Israel untuk meminta penjelasan atas serangan tersebut.
Prancis
Kementerian Eropa dan Luar Negeri mengutuk serangan itu dan mengatakan sedang menunggu penjelasan dari Israel mengenai alasan terjadinya serangan itu.
"Prancis menyatakan keprihatinannya yang mendalam menyusul tembakan Israel yang mengenai [UNIFIL] dan mengutuk segala serangan terhadap keamanan UNIFIL," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan.