TRIBUNNEWS.COM - Langkah provokatif China yang melakukan pengepungan wilayah laut Taiwan dalam rangka "latihan perang" pada hari Senin (14/10/2024), sepertinya langsung ditanggapi oleh angkatan laut Amerika Serikat (AS).
Pada hari Selasa ini (15/10/2024), ribuan marinir AS dan Filipina meluncurkan latihan gabungan selama 10 hari di Filipina bagian utara dan barat.
Latihan yang disebut operasi Kamandag atau Venom tersebut, difokuskan untuk mempertahankan pantai utara pulau utama Filipina, Luzon, yang berjarak sekitar 800 km dari Taiwan.
Fokus utama latihan ini adalah latihan tembak langsung di sepanjang pantai utara Luzon, sementara kegiatan lainnya akan dilakukan di pulau-pulau kecil Filipina antara Luzon dan Taiwan.
Pulau Palawan di Filipina barat, yang menghadap Laut Cina Selatan yang disengketakan, juga akan menjadi lokasi bagian dari latihan ini.
Latihan gabungan AS-Filipina ini, dilakukan di tengah serangkaian konfrontasi China kepada negara-negara yang berbatasan dengan wilayah lautnya.
Tak hanya Taiwan yang menjadi korban China, "gangguan" serupa ternyata juga meningkat di wilayah perairan Filipina.
Di saat China mengusik Taiwan karena menganggap negara tersebut sebagai bagian dari wilayahnya, Beijing juga "mengganggu" Filipina karena satu alasan yang khusus.
Alasan tersebut, terkait klaim wilayah terumbu karang dan perairan di Laut Cina Selatan sepenuhnya adalah milik China.
Menanggapi isu terkait manuver China tersebut, Komandan Korps Marinir Filipina, Mayor Jenderal Arturo Rojas pun buka suara.
Rojas menampik bahwa operasi militer hasil kerjasama dengan AS ini adalah respons atas aksi China mengepung Taiwan di awal pekan ini.
Baca juga: AS Kecam Aksi China Kepung Taiwan dengan Jet Tempur dan Kapal Perang:Tolong Tahan Diri!
Pada upacara pembukaan hari Selasa ini, Rojas menegaskan bahwa operasi Kamandag digelar bukan karena semata-mata eskalasi yang dilakukan China.
Rojas mengaku, Operasi Kamandag telah direncanakan sejak lama bersama AS dan tak ada kaitannya dengan langkah provokatif China.
"Operasi tidak ada hubungannya dengan eskalasi apa pun yang terjadi di kawasan ini," terang Rojas seperti yang dikutip dari ChannelNewsAsia.