News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pemilihan Presiden Amerika Serikat

Kamala Harris Tak Akan Lanjutkan Program Kerja Joe Biden Jika Menang Pilpres AS 2024

Penulis: Bobby W
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

(FILE) Wakil Presiden Kamala Harris berbicara saat Presiden Joe Biden menyaksikan acara untuk menandai pengesahan Undang-Undang Hari Kemerdekaan Nasional Juneteenth, di Ruang Timur Gedung Putih, 17 Juni 2021, di Washington. Calon Presiden Amerika Serikat (AS) Kamala Harris dalam wawancaranya bersama Fox News pada hari Rabu (16/10/2024) menegaskan bahwa ia tidak akan melanjutkan program kerja yang disusun pada masa jabatan Presiden Joe Biden selama ini jika ia memenangkan Pilpres AS yang digelar bulan depan.

TRIBUNNEWS.COM - Pernyataan cukup kontroversial disampaikan oleh Calon Presiden Amerika Serikat (AS) Kamala Harris dalam wawancaranya bersama Fox News pada hari Rabu (16/10/2024) waktu setempat.

Dalam wawancara tersebut, Kamala Harris menegaskan bahwa ia tidak akan melanjutkan program kerja yang disusun pada masa jabatan Presiden Joe Biden selama ini jika ia memenangkan Pilpres AS yang digelar bulan depan.

"Masa kepresidenan saya tidak akan menjadi kelanjutan dari kepresidenan Joe Biden," tegas Harris kepada pembawa acara Bret Baier.

"Hal ini terjadi karena saya mewakili generasi kepemimpinan yang baru." sambungnya.

Baier kemudian menanyakan ke Harris apa saja hal yang ia ingin rubah bila nantinya ia menjadi Presiden AS.

Harris kemudian mengatakan bahwa ia ingin merubah retorika yang diciptakan oleh Donald Trump saat ia menjabat di tahun 2015 lalu.

"Saya ingin kita melupakan dekade di mana kita terjebak dalam retorika yang digunakan Donald Trump untuk memecah belah negara kita dan membuat orang Amerika saling tuduh." 

Mendengar pernyataan tersebut, Baier pun balik memberikan pertanyaan yang cukup panas seputar Donald Trump.

"Jika Trump menjadi penyebab dari semua masalah ini, mengapa banyak orang Amerika mendukungnya? Apakah ia berpikir pemilih itu bodoh? 

Kamala Harris pun mengelak pernyataan yang disampaikan oleh Baier tersebut.

"Saya tidak pernah mengatakan itu," jawab Harris.

Baca juga: Capres Partai Demokrat Amerika, Kamala Harris Janjikan Reformasi Ganja

"Justru Trump lah yang cenderung merendahkan dan meremehkan orang Amerika." pungkasnya.

Di wawancara tersebut, Baier juga sempat menyinggung masalah mundurnya Joe Biden dari Pilpres AS.

Menjawab pertanyaan tersebut, Harris menyatakan bahwa Biden hanya mampu menjalankan tugasnya hingga akhir masa jabatannya saat ini saja.

Harris juga mengatakan Biden sudah menjelaskan alasan kenapa ia mundur dan menganggap pertanyaan dari Baier tersebut sudah tak relevan untuk dibahas lagi.

"Joe Biden sudah tidak ada di kotak suara lagi, Tapi Trump masih ada."  ujar Kamala sembari mengalihkan perhatian pada Trump.

Kamala Hindari Retorika Joe Biden

Pernyataan kontroversial dari Kamala Harris yang enggan melanjutkan program kerja Joe Biden ini diduga muncul setelah wawancaranya dalam program "The View" pada saluran ABC menuai banyak kritik.

Di tayangan tersebut, Kamala Harris tidak dapat menyebutkan apa saja perbedaan kebijakan dari era Joe Biden yang bakal ia ambil bila terpilih menjadi presiden.

Akibat tayangan tersebut, banyak yang mengkritik Kamala Harris hanya melanjutkan program-program Joe Biden yang selama ini dinilai berjalan tidak efektif dan efisien. 

Kamala Harris dan Joe Biden berjalan (X @@JoeBiden)

Imbas wawancara dalam program "The View" dan sentimen popularitas Biden yang rendah dituding jadi alasan kenapa tim kampanye Kamala Harris langsung melakukan strategi berputar 180 derajat dalam wawancara terbarunya bersama Fox News tersebut.

Analis dari NBC news menilai Harris berharap pernyataan terbarunya dalam program Fox News tersebut dapat menarik pemilih Republik dan independen yang jarang menyaksikan berita arus utama.

Upaya untuk menarik suara dari luar simpatisan Demokrat ini dinilai begitu penting karena survei-survei yang telah beredar selama ini menunjukkan persaingan yang ketat melawan Donald Trump.

(Tribunnews.com/Bobby)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini