Sinwar menggambarkan perlawanan sebagai seni, dengan Al-Aqsa Flood sebagai mahakarya yang menggugah emosi, menghadirkan keindahan di tengah tragedi.
Al-Aqsa Flood:
Tanggal 7 Oktober menjadi titik balik dalam sejarah perlawanan masyarakat Gaza melawan penjajahan.
Di bawah kepemimpinan Sinwar, para pejuang Palestina berhasil menerobos sistem keamanan canggih Israel, menciptakan kehancuran yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Dalam waktu enam jam, mereka mampu menghancurkan ratusan target militer, dengan lebih dari 1.000 tentara Israel dinyatakan tewas dan ribuan lainnya terluka.
Ramalan Sinwar yang Terbukti
Keberanian Sinwar di depan publik saat meramalkan banjir yang akan datang terbukti menjadi kenyataan.
Dalam sebuah pidato yang diucapkannya pada Desember 2022, Sinwar menegaskan ancamannya akan datangnya “banjir” yang tak terhentikan.
Kata-katanya yang saat itu dianggap sebagai lelucon oleh banyak pihak kini menjadi kenyataan, menunjukkan betapa serius dan terencana aksi tersebut.
Yahya Sinwar bukan sekadar seorang pemimpin; dia adalah simbol ketahanan, perlawanan, dan semangat perjuangan rakyat Palestina.
Analisis dari American Enterprise Institute’s Critical Threats Project, Institute for the Study of War dan CNN melansir bahwa hampir setengah dari batalion militer Hamas di Gaza utara dan tengah telah membangun kembali beberapa kemampuan tempur mereka.
Hal ini menyangkal klaim Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bahwa mereka berhasil melumpuhkan pejuang Hamas.
Sayap militer Hamas, yang dikenal sebagai Brigade al-Qassam, dibagi menjadi 24 batalyon yang tersebar di seluruh wilayah, menurut militer Israel.
Per 1 Juli, hanya tiga dari 24 batalyon ini yang tidak lagi bisa bertempur secara efektif karena dihancurkan oleh militer Israel, menurut penilaian CTP dan ISW.