News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Ketika Yahya Sinwar Siap Mati Syahid di Tangan Israel, Sebut Itu Hadiah Terbesar di Hidupnya

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Nuryanti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dalam gambar arsip tertanggal 14 Desember 2022 ini, pimpinan gerakan Hamas Islam Palestina di Jalur Gaza, Yahya Sinwar, muncul di hadapan para pendukungnya selama rapat umum yang menandai ulang tahun ke-35 berdirinya kelompok tersebut di Kota Gaza pada.

TRIBUNNEWS.COM - Pidato Yahya Sinwar (61) kembali viral setelah pemimpin gerakan perlawanan Palestina, Hamas, itu terbunuh dalam bentrokan melawan pasukan pendudukan Israel di Tal al-Sultan, Kota Rafah, selatan Jalur Gaza pada Rabu (16/10/2024) sore.

Pejabat senior Hamas di Gaza, Khalil Hayya menegaskan pada Jumat (18/10/2024), kematian Yahya Sinwar bukan akhir dari perlawanan Palestina, sama seperti kematian Ahmed Yassin yang mendirikan Hamas.

"Hamas akan terus berjuang hingga negara Palestina berdiri. Kemartiran Yahya Sinwar dan para pemimpin yang mendahuluinya hanya akan meningkatkan kekuatan dan ketahanan gerakan kami," katanya dalam pidato di TV hari ini.

Yahya Sinwar Siap Mati Syahid di Tangan Israel

Sekitar tiga tahun lalu, Yahya Sinwar pernah menyampaikan pidato tentang kesiapannya untuk mati syahid.

“Hadiah terbesar yang dapat diberikan oleh musuh dan pendudukan (Israel) kepada saya adalah membunuh saya dan mati sebagai martir (orang yang mati syahid) di tangannya," kata Yahya Sinwar saat itu, seperti dikutip dari Al-Jazeera.

"Saat ini saya berusia 59 tahun. Faktanya, saya lebih memilih menjadi martir oleh (jet tempur) F-16 daripada meninggal karena Corona, stroke, kecelakaan lalu lintas, atau penyebab kematian lainnya," lanjutnya.

“Pada usia ini, saya sudah semakin dekat dengan janji yang sebenarnya, dan saya lebih baik mati sebagai martir daripada mati sebagai Fataysa,” tambahnya.

Fataysa, dalam ungkapan umum di Palestina dan negara-negara Arab tetangganya, artinya seseorang yang meninggal dengan tidak terhormat.

Pembunuhan Yahya Sinwar

Tentara Israel (IDF) mengumumkan pada Kamis (17/10/2024) malam, bahwa pasukannya telah membunuh Yahya Sinwar yang menjadi target utamanya dan dianggap sebagai mastermind Operasi Banjir Al-Aqsa.

Baca juga: Foto Barang Yahya Sinwar yang Disita Israel, Ada Buku Doa, Tasbih, Senapan

IDF mengatakan pembunuhan itu terjadi secara kebetulan karena mereka tidak mengetahui bahwa satu dari tiga pria bersenjata yang ditemukan di lokasi tersebut adalah Yahya Sinwar.

"Kami tidak tahu dia ada di sana. Awalnya kami mengidentifikasi dia sebagai pria bersenjata di dalam salah satu bangunan, dan dia terlihat, bertopeng, melemparkan papan kayu ke drone beberapa detik sebelum dia dibunuh," kata juru bicara IDF, Daniel Hagari, dalam pernyataannya pada Kamis malam.

Israel bersama sekutu utamanya, Amerika Serikat (AS) dan sejumlah negara Eropa Barat sebelumnya menyebarkan propaganda bahwa Yahya Sinwar bersembunyi di dalam terowongan bawah tanah dan dikelilingi para sandera.

Namun, setelah IDF merilis video saat-saat terakhir Yahya Sinwar, mereka sendiri mengakui bahwa pemimpin Hamas itu berjuang hingga detik-detik terakhir hidupnya.

Yahya Sinwar mempertahankan ambisinya untuk melawan pendudukan Israel, bahkan ketika tubuhnya terluka parah dan duduk di atas sofa, ia berupaya menyerang drone Israel yang mendekatinya dengan melempar sepotong kayu yang diambil dari reruntuhan gedung.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini