"Apakah orang seperti itu takut mati? Apakah siapa pun yang berani memimpin gerakan perlawanan terhadap penjajah diharapkan melakukan hal sebaliknya?" tulis surat kabar Qatar, Al-Jazeera, menggambarkan momen terakhir Yahya Sinwar sebelum dibunuh.
Yahya Sinwar menjadi martir saat mengenakan seragam militer dan bertempur dengan sekuat tenaga, dan tidak bersembunyi di terowongan seperti yang berulang kali dikatakan oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Pria tersebut pernah dijatuhi empat hukuman seumur hidup yang berlangsung selama 426 tahun, dan menjalani hukuman penjara yang totalnya lebih dari 22 tahun di penjara pendudukan Israel.
Ia muncul setelah mempelajari bahasa Ibrani dan terlibat dalam kegiatan perlawanan Palestina, menjadi anggota kantor Hamas, kemudian bertanggung jawab atas arsip tahanan Hamas.
Yahya Sinwar kemudian menjadi pemimpin Hamas di Jalur Gaza dan juga menjadi Kepala Biro Politik Hamas menggantikan pendahulunya, Ismail Haniyeh, yang dibunuh oleh Israel dalam ledakan di Teheran, Iran pada 31 Juli 2024.
Jumlah Korban di Jalur Gaza
Saat ini, Israel yang didukung Amerika Serikat dan sejumlah negara Eropa, masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 42.438 jiwa dan 99.246 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Jumat (18/10/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dariĀ Wafa Palestine.
Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.
Israel mengklaim, ada 101 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel