TRIBUNNEWS.COM, KAIRO - Kelompok militan Palestina Hamas kini sedang mencari pemimpin baru untuk menggantikan Yahya Sinwar yang dibunuh Israel. Diantara para kandidat, Mohammad Sinwar, saudara kandung Yahya Sinwar berpeluang mengisi posisi tersebut.
Mohammad Sinwar berpeluang menjadi pemimpin politik baru Hamas dan berbasis di luar Gaza.
Ke depan, Mohammad Sinwar diperkirakan akan mengambil peran lebih besar dalam mengarahkan perang melawan Israel di wilayah tersebut, kata para ahli.
Dalam mencari pemimpin baru, Hamas harus mempertimbangkan tidak hanya preferensi pendukung utama Hamas selama ini, yakni Iran, tetapi juga kepentingan negara Teluk Arab seperti Qatar.
Semua kandidat utama untuk mengambil alih posisi Yahya Sinwar sebagai kepala politbiro Hamas, saat ini tinggal di Qatar.
Yahya Sinwar merupakan arsitek serangan Hamas ke wilayah selatan Israel pada 7 Oktober 2023 yang memicu perang Gaza yang menghancurkan wilayah Gaza sampai saat ini.
Yahya Sinwar dibunuh oleh pasukan Israel dalam baku tembak pada 17 Oktober – kedua kalinya dalam waktu kurang dari tiga bulan Hamas kehilangan pemimpin utamanya.
Pemimpin Hamas sebelumnya, Ismail Haniyeh, dibunuh Israel di Iran pada bulan Juli 2024 tak lama setelah selebrasi Presiden baru Iran.
Ketika menggantikan posisi Ismail Haniyeh, Yahya Sinwar menggabungkan kepemimpinan militer dan politik di Gaza, tetapi hal itu tampaknya tidak mungkin terjadi kali ini.
Setelah lebih dari setahun serangan ganas Israel yang menghantam Hamas, menewaskan ribuan pejuangnya dan melenyapkan tokoh-tokoh senior baik di dalam maupun di luar Gaza, tidak jelas bagaimana kelompok Islam tersebut akan bangkit dari serangan terbaru ini.
Wakil Sinwar, Khalil Al-Hayya, yang dipandang sebagai calon penggantinya, memberikan pernyataan menantang pada hari Jumat, dengan mengatakan bahwa sandera Israel tidak akan dikembalikan sampai pasukan Israel menarik diri dari Gaza dan perang berakhir.
Hamas memiliki sejarah dalam menggantikan pemimpin-pemimpinnya yang gugur dengan cepat dan efisien, dengan badan pengambil keputusan utama, Dewan Syura, yang ditugaskan untuk menunjuk pemimpin baru.
Dewan Syura mewakili seluruh anggota Hamas di Jalur Gaza, Tepi Barat, penjara-penjara Israel dan diaspora Palestina, yang berarti pemimpin baru harus memiliki wewenang untuk melakukan perundingan gencatan senjata bahkan jika dia tidak berada di Gaza, di mana kelompok bersenjata Hamas masih menahan puluhan orang. sandera Israel.
Selain Hayya, yang merupakan kepala perunding Hamas, calon pemimpin utama lainnya adalah Khaled Meshaal, pendahulu Haniyeh, dan Mohammad Darwish, seorang tokoh yang kurang dikenal yang memimpin Dewan Syura, menurut para analis dan sumber Hamas.