"Dia menemui ajalnya dengan gagah berani, dengan kepala tegak, memegang senjata api, menembak hingga napas terakhir, hingga saat-saat terakhir hidupnya," ungkap Hayya kepada TV Al-Aqsa, yang berafiliasi dengan Hamas.
"Sejak awal hidupnya, ia terlibat dalam perjuangannya sebagai pejuang perlawanan."
"Ia berdiri teguh di balik jeruji besi Israel, dan setelah dibebaskan melalui kesepakatan pertukaran, ia melanjutkan perjuangan dan dedikasinya untuk tujuan tersebut."
Hayya menambahkan bahwa kesyahidan Sinwar dan para pemimpin yang mendahuluinya akan meningkatkan kekuatan dan ketahanan gerakan mereka.
Namun, ia mengatakan bahwa tawanan yang ditahan di Gaza tidak akan kembali sampai Israel menghentikan serangannya terhadap Gaza dan menarik pasukannya dari daerah kantong yang terkepung itu.
"Hamas akan terus berjuang hingga berdirinya negara Palestina di seluruh tanah Palestina dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya."
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)